Hidayatullah.com—Masjid di distrik Vernon di Prancis utara menerima surat ancaman pada Selasa, menurut sebuah unggahan di Twitter oleh situs Islam & Info. Surat ancaman itu diletakkan di kotak surat masjid, berisi ancaman pembunuhan dan pesan penghinaan terhadap orang Turki, Arab dan etnis masyarakat yang datang ke masjid setiap harinya lapor Anadolu Agency pada Rabu (28/10/2020).
“Perang telah dimulai. Kami akan mengusir kalian dari negara kami. Kalian akan mempertanggungjawabkan kematian Samuel,” tulis surat ancaman tersebut.
Itu merujuk pada Samuel Paty, seorang guru di Bois-d’Aulne College di Conflans-Sainte-Honorine yang dipenggal pada 16 Oktober oleh Abdullakh Anzorov, seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya. Tindangan ini dilakukan sebagai pembalasan karena memperlihatkan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya selama salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.
Pemberitahuan itu juga berisi hinaan yang ditujukan kepada Muslimah yang mengenakan jilbab. Masjid Agung Pantin di luar Paris baru-baru ini ditutup selama enam bulan setelah membagikan video di halaman Facebook-nya sebelum pembunuhan Paty, mengkritiknya karena menampilkan kartun menghina di depan murid-muridnya.
Awal bulan ini, Presiden Emmanuel Macron menuduh Muslim Prancis “separatisme” dan menyebut Islam sebagai “agama yang berada dalam krisis di seluruh dunia.” Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan Paty. Macron memberikan penghormatan kepadanya dan mengatakan Prancis “tidak akan menyerah kepada kartun kami.”
Kartun menghina oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan satir Prancis, juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota. Beberapa negara Arab serta Turki, Iran dan Pakistan telah mengecam sikap Macron terhadap Muslim dan Islam, dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemimpin Prancis itu membutuhkan “perawatan mental”.
Sementara seruan untuk memboikot produk Prancis beredar secara online di banyak negara, Erdogan telah mendesak orang Turki “untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya.*