Hidayatullah. com–Otoritas Kesehatan di New Zealand memberlakukan penguncian wilayah parsial atas pusat kota Auckland mulai hari Jumat (12/11/2020), meminta pekerja di kota itu agar tetap di rumah sementara petugas melacak bagaimana seorang mahasiswi bisa terjangkit coronavirus.
“Dengan banyak sekali sebab, kami meminta warga yang bekerja di pusat kota Auckland agar sebisa mungkin bekerja dari rumah,” kata menteri urusan Covid-19, Chris Hipkins, seperti dilansir The Guardian Kamis (12/11/2020).
“Apabila Anda harus memasuki daerah ini, mohon gunakan masker dan jaga jarak sementara otoritas kesehatan terus bekerja melakukan pelacakan sumber infeksi ini. ”
Kasus tersebut berkaitan dengan seorang mahasiswi yang terpapar Covid-19 padahal dia tidak berkaitan dengan daerah berisiko tinggi seperti perbatasan.
Wanita itu menjalani tes pada Selasa malam dan diminta oleh petugas kesehatan agar tinggal di tumah sampai hasil pemeriksaan keluar.
Namun, pada hari Rabu dia diminta oleh manajer tempatnya bekerja agar datang ke kantor dan melakukan tugas yang berhadapan langsung dengan pelanggan dengan mengenakan masker.
Hari Kamis, rupanya hasil tes wanita itu positif. Dia pun lantas dibawa ke tempat karantina, berikut dua temannya meskipun keduanya merasa baik-baik saja.
Dari Basil wawancara berulang, mahasiswi itu masih belum dapat memastikan di mana kiranya dia terpapar coronavirus.
Dalam kondisi terjangkit virus dia beberapa kali menggunakan jasa Uber Dan mengunjungi 4 restoran dan kafe untuk membeli makanan di kawasan pusat bisnis (CBD) Auckland. Dia juga mengunjungi toko serba ada besar di kota itu Smith & Caughey’s.
Penduduk di blok rumah susun di mana wanita tersebut tinggal telah diminta untuk mengisolasi dan sebuah unit pemeriksaan bergerak ditempatkan di sana, semua fasilitas bersama di daerah itu ditutup. Blok rusun itu berada di samping fasilitas karantina.
Mahasiswi tersebut diketahui tidak mendatangi perkuliahan apapun sejak pertengahan Oktober.
“Kami bergegas melacak pergerakan orang di pekan terakhir guna mengetahui bagaimana dia terinfeksi,” Dr Ashley Bloomfield, dirjen kesehatan New Zealand.
“Tes genome dalam kasus ini juga dilakukan untuk membantu kita memahami kemungkinan kaitan dengan kasus-kasus sebelumnya,” imbuhnya.
Pada bulan Agustus Auckland memasuki lockdown kedua selama tiga pekan setelah ditemukan satu klaster yang menulari lebih dari 100 orang di bagian selatan kota itu. Auckland merupakan kota terbesar di New Zealand dengan penduduk hanya 1,7 juta jiwa.
Lesley Gray, seorang dosen bidang kesehatan di University of Otago, mengatakan dia mengamati orang New Zealand menjadi berpuas hati terkait perlindungan mereka sendiri dan orang lain dari virus. “Dari informasi yang kami dapat tentang kasus di Auckland ini yang menyulitkan adalah tidak adanya kaitan yang jelas dengan kasus-kasus sebelumnya,” kata Gray.
“Saya bepergian awal pekan ini [antara Wellington dan Christchurch] dan menariknya saya mencermati sedikit sekali tersedia hand sanitisers di kebanyakan tempat publik, hanya ada sedikit perangkat scan atau aplikasi pelacakan Covid-19 di tempat-tempat check-in bandara, dan saya melihat hanya satu orang yang mengenakan masker,” papar Gray.
Di New Zealand kurang dari 2.000 orang yang terinfeksi Covid-19 dengan kematian hanya 25.
Negara kiwi itu menerapkan strategi eliminasi dan kontrol perbatasan yang ketat sejak pandemi Covid-19 merebak awal tahun ini. Meskipun protokol kesehatan di perbatasan dalam praktiknya tidak selalu sempurna, PM Jacinta Arden menampik keras rayuan Australia dan negara di kawasan Pasifik lain agar pintu perbatasan negaranya dibuka.
Meskipun perbatasan negara ditutup rapat, di dalam negeri orang masih diperbolehkan menonton pertandingan olahraga, konser, serta makan di luar.*