Hidayatullah.com–Setidaknya enam warga Yaman tewas dan tujuh lainnya terluka dalam penembakan artileri Houthi di Yaman selatan Rabu malam, pihak militer mengatakan, dilansir Anadolu Agency. Penembakan itu menargetkan daerah pemukiman di distrik At-Ta’iziyah, sebelah utara Provinsi Taiz, kata militer Yaman dalam situs berita SeptemberNet.
Di antara korban tewas adalah dua wanita dan seorang anak, katanya juga. Pemberontak bersenjata yang didukung Iran ini belum mengomentari tuduhan militer tersebut.
Pekan lalu, tiga ledakan mengguncang bandara di kota pelabuhan selatan Aden segera setelah anggota pemerintah yang baru dibentuk tiba di ibu kota sementara. Sedikitnya 26 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka dalam ledakan itu. Pemerintah Yaman menyalahkan pemberontak Houthi atas ledakan, sementara Houthi membantah terlibat.
Kabinet baru Yaman, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Maeen Abdul Malik, dibentuk berdasarkan Perjanjian Riyadh antara pemerintah Yaman dan Dewan Transisi Selatan (STC) separatis, yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA). Pada 18 Desember, Presidensi Yaman mengumumkan pembentukan pemerintahan pembagian kekuasaan yang terdiri dari 24 menteri yang dipilih atas dasar kesetaraan antara provinsi utara dan selatan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Riyadh. Pemerintahan baru termasuk lima menteri dari STC.
Perjanjian Riyadh ditandatangani antara pemerintah Yaman dan STC pada November 2019 di bawah sponsor koalisi pimpinan Saudi, yang mengakhiri bentrokan militer antara kekuatan kedua belah pihak. Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa.
Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk menggulung kembali keuntungan teritorial Houthi. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, konflik di Yaman sejauh ini telah merenggut nyawa 233.000 orang.*