Hidayatullah.com–Para jamaah itu datang secara berombongan menggunakan bus yang dioperasikan konsorsium penyelenggara haji Arab Saudi (muasasah). Turun dari bus, jamaah kemudian terbagi menjadi beberapa regu, masing-masing beranggotakan sekitar 10 orang. Sebelum memasuki masjid, kepala regu memberi penjelasan singkat mengenai peta lapangan dan menyampaikan pesan-pesan. Jamaah ditekankan untuk selalu berhati-hati dan tidak terpisah dari rombongan.
Sama seperti jamaah dari negara-negara lain, jamaah Indonesia mengenakan tanda-tanda khusus. Antara lain, slayer dengan warna tertentu yang dililitkan di leher. Untuk jamaah perempuan, penanda yang dikenakan lebih bervariasi. Seperti, bunga buatan dan pita-pita berwarna mencolok yang disematkan di kerudung atau mukena, tepat di bagian atas kepala. Selain itu, tas kecil hitam yang dilengkapi gambar bendera merah putih juga menjadi penanda jamaah Indonesia. Tas itu tergantung di leher setiap jamaah.
“Pemakaian penanda itu agar mereka mudah dikenali,” ujar salah satu pemimpin regu perempuan dari jamaah Kloter 1 DKI Jakarta yang ditemui Media Center Haji (MCH) di pelataran masjid.
Kedatangan jamaah Indonesia secara bergelombang ke Mekah semakin menambah kepadatan Masjidil Haram. Jika beberapa hari lalu di lantai dasar Masjidil Haram masih banyak ruang-ruang kosong, saat ini hampir setiap sudutnya dipadati jamaah, terutama di waktu-waktu salat wajib.
Lingkaran jamaah yang melakukan tawaf (berjalan mengitari Ka`bah) juga semakin melebar. Beberapa hari lalu, orang dapat melenggang dengan mudah saat tawaf. Namun kemarin, lebar langkah-langkah kaki saat tawaf dibatasi oleh padatnya jamaah.
Beberapa kasus jamaah tersesat di sekitar Masjidil Haram mulai terjadi. Namun dengan bantuan petugas-petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang stand by di beberapa lokasi sekitar Masjid, jamaah tersesat itu bisa kembali ke rombongannya.
Sementara itu, masalah transportasi yang semula dikhawatirkan kacau ternyata berjalan lancar. Di salah satu terminal dekat Masjidil Haram, Bab Ali, misalnya, pada Minggu (1/11) petang MCH melihat jamaah-jamaah Indonesia naik turun bus jemputan tanpa perlu mengantri atau menunggu lama.[dep/mch/hidayatullah.com]