Hidayatullah.com—Keuskupan Agung New Orleans, serta pemimpin-pemimpin Katolik Roma di St Louis, Missouri, meminta warga Katolik setempat agar menjauhi suntikan vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson, karena dalam awal pengembangan vaksin mereka menggunakan sel yang diambil dari dua janin yang diaborsi.
Tokoh-tokoh Katolik di New Orleans mengatakan dua vaksin lain yang dipakai di Amerika Serikat, yang dibuat oleh Pfizer/BioNTech dan Moderna, masih bisa diterima meskipun dikembangkan dengan tes laboratorium yang menggunakan sel yang diturunkan dari sel janin yang diaborsi. Keuskupan membuat pengumuman itu hari Jumat, lansir The Guardian Selasa (2/3/2021).
Pernyataan keuskupan tersebut jelas berseberangan dengan Paus Fransiskus. Pada Desember 2020, Vatikan mengatakan “secara moral bisa dimaklumi untuk menerima vaksin Covid-19 yang menggunakan sel yang diambil dari janin aborsi dalam riset dan proses produksinya” sebab penggunaan vaksin yang dibuat dengan cara demikian itu tidak berarti menerima kerja sama dengan aborsi yang dari sana sel janin untuk produksi vaksin diturunkan.
Sementara itu hari Selasa, Keuskupan Agung St Louis mendesak umat Katolik mencari vaksin Pfizer atau Moderna dan sebisa mungkin menghindari vaksin buatan Johnson & Johnson karena “secara moral bermasalah”.
Akan tetapi dalam pernyataannya, Keuskupan St Louis menggarisbawahi bila tidak ada alternatif lain yang tersedia, maka umat Katolik dimaklumi jika harus disuntik dengan vaksin tersebut.
Sel janin hasil aborsi yang dilakukan di Belanda pada tahun 1970-an dan turunannya umum dipakai dalam berbagai riset medis. Bulan Oktober 2020, marak dikabarkan bahwa obat eksperimental Covid-19 yang dipakai untuk merawat Donald Trump, Regeneron, dikembangkan dengan menggunakan sel semacam itu. Padahal Trump dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling keras menentang aborsi, seperti kebanyakan anggota dan partisan Partai Republik.
Jaringan sel yang diambil dari janin aborsi ikut berperan penting dalam kemajuan bidang pengobatan, terutama dalam pengembangan vaksin. Sel janin aborsi dipakai dalam pengembangan vaksin polio, cacar air, hepatitis A dan herpes zoster. Janssen, anak perusahaan Johnson & Johnson yang membuat vaksin, menggunakan sel PER.C6, sel yang diturunkan (ditumbuhkembangkan) dari sel janin yang diaborsi pada tahun 1985.
New Orleans bukan satu-satunya keuskupan di Amerika Serikat yang menyuarakan hal seperti itu. Pada bulan Januari, Joseph Strickland, uskup Tyler, Texas, yang juga pembawa acara “The Bishop Strickland Hour on VMP Radio”, lewat Twitter berkata, “Faktanya yang ada adalah vaksin APAPUN yang tersedia sekarang ini melibatkan penggunaan anak-anak yang dibunuh sebelum mereka dilahirkan. Saya ulangi lagi janji saya … Saya tidak akan memperpanjang umur saya dengan MENGGUNAKAN anak-anak yang dibunuh. Ini adalah suatu kejahatan besar SADARLAH!”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Semasa pemerintahan Presiden Trump, kelompok-kelompok anti-aborsi dan tokoh-tokoh Katolik di Amerika Serikat dan Kanada mengangkat isu asal-usul jaringan sel yang dipakai dalam pengembangan vaksin selama pandemi Covid-19. Pada bulan Juni tahun lalu, US Conference of Catholic Bishops menulis surat kepada Presiden Trump yang isinya agar pemerintah AS tidak menyokong pengembangan vaksin yang dibuat dari sel janin aborsi.
“Tak seorang pun warga Amerika yang boleh dipaksa untuk memilih antara disuntik vaksin atau melanggar hati nuraninya,” kata organisasi keuskupan itu.*