Hidayatullah.com—China akan kembali mengeluarkan visa bagi orang asing dari sejumlah negara, dengan syarat mereka sudah divaksinasi Covid-19 dengan vaksin made in China.
Langkah itu menimbulkan pertanyaan apa sebenarnya motif kebijakan tersebut, mengingat vaksin coronavirus buatan China belum memperoleh izin di banyak negara, sedangkan sejumlah orang di berbagai negara sudah disuntik dengan vaksin yang sudah memperoleh izin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sejak pandemi Covid-19, China melarang perjalanan non-esensial orang asing ke negaranya
Sejauh ini China terbuka bagi orang asing yang datang dari Hong Kong, Amerika Serikat, Inggris, India, Australia, Iraq, Thailand, Kroasia, Israel, Pakistan dan Filipina. Bagi mereka yang ingin berkunjung ke China harus sudah disuntik vaksin lengkap (dosis tunggal maupun dosis ganda) setidaknya 14 hari sebelum keberangkatannya. Namun, vaksin yang dipakai harus buatan perusahaan China. Hasil tes negatif dan aturan karantina tetap berlaku.
Dilansir The Guardian Rabu (17/3/2021), pernyataan yang dirilis Kedutaan di Amerika Serikat mengatakan China sekarang memperbolehkan kembali kunjungan orang asing beserta anggota keluarganya ke China daratan untuk melanjutkan kerja dan aktivitas di berbagai bidang. Pemerintah juga memperluas kesempatan bagi anggota keluarga warga atau residen China untuk melakukan kunjungan reuni, merawat kerabatnya yang sakit atau menua, atau menhadiri pemakaman.
China saat ini sudah memiliki lima vaksin coronavirus yang telah disetujui baik untuk penggunaan umum maupun darurat. Tiga di antaranya telah diekspor China ke luar negeri lewat perdagangan atau dalam bentuk bantuan.
Upaya keras China agar vaksin Covid-19 buatannya dipakai oleh berbagai negara tampak seperti “diplomasi vaksin” untuk mendongkrak pengaruh China terutama di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Dalam keterangan pers hari Selasa, jubir Kemenlu China Zhao Linian membantah aturan tersebut dibuat agar negara lain mengakui vaksin China.
“Usulan kami … dibuat setelah melalui pertimbangan menyeluruh terhadap keselamatan dan efikasi vaksin China,” kata Zhao.
“Keputusan ini dibuat oleh pihak China sendiri. Inii merupakan hal yang berbeda dari pengakuan terhadap vaksin,” imbuhnya.*