Hidayatullah.com — Sementara banyak negara dengan populasi Muslim telah menerapkan pembatasan virus corona selama bulan suci Ramadhan, Tanzania, yang lebih dari sepertiga populasinya Muslim, belum memberlakukannya. Meskipun Presiden Samia Suluhu Hassan tidak menyangkal Covid-19 seperti pendahulunya, pemimpin baru itu belum mengambil langkah-langkah yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan global.
Mariam Kiringo biasanya menjalankan bulan suci puasa setiap tahun.
Dia sekarang menyiapkan makan malam yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Iftar untuk keluarga dan teman-temannya yang akan berbuka puasa.
Kiringo percaya bahwa bisa berkumpul selama periode ini, meski ada pandemi virus corona, adalah keberuntungan.
“Sejujurnya alhamdulillah kami mendapat kesempatan untuk bergabung bersama kerabat dalam menyantap buka puasa bersama,” ujarnya. Berbeda di negara lain, Kiringo menambahkan, di mana kami mendengar pembatasan virus corona telah membatasi Muslim, dan mereka tidak mendapat kesempatan untuk berkumpul bersama selama Ramadhan. Dia mengatakan bahwa di Tanzania, kami mendengar ada virus corona, tetapi itu belum menjadi ancaman besar sampai melarang kami berkumpul selama Ramadhan, lansir VoA News pada Selasa (20/04/2021).
Pandemi virus corona telah mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Tapi di Tanzania, semuanya tampak normal seperti dulu, dengan sedikit orang yang menerapkan jarak sosial atau memakai masker wajah.
Terlepas dari adaya virus, para pemimpin Muslim mengatakan mereka terus mengadakan sholat dan dakwah di masjid. Mursalina Ally adalah seorang imam di Masjid Kichangani di kota.
Ia mengatakan telah menyerahkan semua masalah mereka kepada Allah, Allah-lah yang membantu dan melindungi dari bencana virus corona ini. Menurut Ally, terkait dakwah juga berjalan dengan baik. Ada banyak orang datang karena mereka takut akan Tuhan, dan mereka membutuhkan berkah dan nikmat dari Tuhan.
Tanzania berhenti menghitung kasus COVID-19 pada Mei tahun lalu, dengan Presiden saat itu John Magufuli menyatakan negara itu bebas dari virus corona.
Sekarang, umat Islam Tanzania memiliki persepsi berbeda tentang pandemi.
Bagi Mwanahamis Mohamed, ketika Anda menyerahkan segalanya kepada Allah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Dia berkata, “Saya tidak takut, karena saya bergantung pada Allah. Bahkan jika saya mengatakan saya memakai masker, virus tetap dapat menginfeksi saya karena keputusan Allah.”
Bagi Salma James, ketakutan masih ada. “Kami sangat takut. Kami sangat takut, tapi kami berterima kasih kepada Allah. Kita bisa berkumpul bersama seperti Ramadhan ini,” katanya.
Presiden Samia Hassan yang menggantikan Magufuli yang wafat pada bulan lalu, mengumumkan pembentukan komite untuk lawan Covid-19 pada 2 pekan lalu. Politisi oposisi mengatakan presiden harus mempercepat proposalnya untuk membentuk komite ilmiah untuk meneliti penyakit tersebut, tetapi mengatakan penerimaannya atas masalah tersebut adalah tanda yang menjanjikan.