Hidayatullah.com — Pemerintah Xinjiang menyangkal laporan bahwa China sedang menghancurkan banyak masjid di seluruh wilayahnya. Seorang juru bicara dilaporkan berdalih bahwa masjid-masjid sedang dibangun ulang dan diperbaiki untuk memberikan keamanan yang lebih baik kepada populasi Muslimnya, lansir Newsweek pada Rabu (21/04/2021).
Global Times, tabloid berbahasa Inggris milik People’s Daily, surat kabar resmi Partai Komunitas China, mengutip juru bicara Kantor Informasi pemerintah Xinjiang yang berbicara tentang laporan tersebut. Menurut Global Times, juru bicara Elijan Anayat mengatakan pada konferensi pers 18 April, “Tidak ada yang disebut masalah pembongkaran paksa masjid di Xinjiang.”
Xinjiang, secara resmi bernama Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur, terletak di wilayah barat laut China. September lalu, New York Times melaporkan bahwa pemerintah Xinjiang menghancurkan banyak masjid di seluruh wilayah tersebut, dalam upaya untuk “mengikis warisan budaya dan agama di wilayah itu dan secara paksa mengasimilasi minoritas Muslim China.” Beberapa outlet media Barat lainnya, termasuk Voice of America, mengangkat laporan tersebut.
Dengan menggunakan citra satelit, Institut Kebijakan Strategis Australia memperkirakan pihak berwenang merusak atau langsung menghancurkan ribuan bangunan keagamaan di seluruh Xinjiang. Anayat mengatakan kondisi masjid yang buruk membuatnya tidak aman untuk digunakan, terutama karena gempa bumi dapat meruntuhkannya, menurut Global Times. Dia juga dilaporkan mengklaim rekonstruksi, relokasi atau perluasan bangunan itu atas permintaan umat Islam.
Pernyataan ini muncul ketika banyak laporan yang mengecam tindakan pemerintah China yang menahan orang-orang beragama di seluruh wilayah, termasuk Uighur dan etnis Muslim Turki lainnya.
Lebih lanjut, laporan pada Senin oleh Human Rights Watch dan Balai Penyelesaian Konflik & Hak Asasi Manusia Internasional Universitas Stanford mengatakan China telah melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan” terhadap Uighur dan populasi etnis Muslim Turki lainnya di Xinjiang. Laporan tersebut mencirikan kejahatan tersebut sebagai “di antara pelanggaran hak asasi manusia yang paling parah di bawah hukum internasional.”
Anayat dilaporkan mengatakan bahwa “orang-orang beragama yang ditahan” sebenarnya adalah teroris yang menyebarkan ekstremisme. Dia mengklaim orang-orang religius yang baik bahkan telah dibunuh oleh para teroris ini.
Tabloid itu juga menulis bahwa Anayat mengklaim China tidak pernah secara khusus menargetkan agama apa pun ketika berusaha membungkam ekstremisme dan mencegah tindakan teroris terjadi di negara itu. Karena tindakan seperti itu, katanya, Xinjiang tidak pernah mengalami aksi teroris selama empat tahun berturut-turut.
Baik Global Times dan People’s Daily telah lama berfungsi sebagai corong Partai Komunis China dan menyebarkan propaganda pro-pemerintah. Setahun terakhir, Global Times juga dihadapkan pada tuduhan menyebarkan informasi yang salah tentang virus corona.*