Hidayatullah.com—Berdiri dekat sebuah pohon di kawasan hijau dekat desa Bousignies-sur-Roc, sebuah tonggak batu menjadi penanda batas wilayah Prancis-Belgia sejak 1819. Batu tersebut merupakan satu dari banyak tonggak batu yang ditancapkan di sepanjang 620 kilometer perbatasan Prancis-Belgia yang diputuskan dalam perundingan menyusul kekalahan Napoleon di Waterloo.
Hanya beberapa bulan menjelang peringatan 200 tahun pertempuran bersejarah itu, seorang petani setempat – yang dikabarkan kesal karena traktornya tidak dapat melintas akibat adanya tonggak itu– memindahkan batu tersebut sejauh 2,29 meter ke teritori Prancis, menjadikan wilayah negaranya sedikit lebih luas.
Tindakan pelanggaran itu baru diketahui dua pekan lalu, ketika seorang peminat sejarah lokal yang sedang berjalan-jalan di dekat desa Erquelinnes, di sisi teritori Belgia, menyadari tonggak tersebut sudah bergeser dari tempatnya semula, lansir RFI Rabu (5/5/2021).
Pemilik lahan di sekitar lokasi tonggak mengkonfirmasi bahwa seorang petani di sana memang memindahkan batu itu.
Memindahkan tonggak tanda perbatasan merupakan tindakan melanggar Treaty of Kortrijk, yang sudah menjamin perbatasan antara Prancis dan Belgia selama lebih dari 200 tahun.
Beruntung para pejabat di kedua sisi perbatasan bisa melihat sisi lucu dari kasus itu.
“Kami tidak berminat memperluas wilayah desa ataupun negara kami,” tawa kepala daerah Erquelinnes David Lavaux, dalam wawancara dengan kanal televisi Prancis TF1.
“Petani itu menjadikan wilayah Belgia lebih besar dan Prancis lebih kecil. Itu bukan ide bagus. Saya sih senang-senang saja wilayah saya menjadi lebih besar, tetapi kepala daerah Bousignies-sur-Roc tidak setuju,” canda Lavaux.*