Hidayatullah.com–Koalisi pimpinan Saudi yang terlibat dalam perang Yaman telah mengonfirmasi bahwa pihaknya berada di balik pembangunan pangkalan udara militer misterius di sebuah pulau di selat Bab al-Mandab. Hal tersebut bertentangan dengan laporan yang menunjukkan bahwa Uni Emirat Arab berada di balik pembangunan tersebut, lansir Middle East Eye.
Pada hari Selasa (25/05/2021), Associated Press menerbitkan gambar satelit yang menunjukkan “pangkalan udara misterius” dengan landasan pacu 1,85 km di samping tiga hanggar di pulau Mayyun, juga dikenal sebagai Perim. Sementara laporan tersebut menyatakan bahwa tidak ada negara yang mengklaim pangkalan udara tersebut, ia mengutip pejabat Yaman yang mengatakan bahwa UEA berada di balik pembangunan militer di pulau itu.
Pulau Mayyun terletak di muara Laut Merah di salah satu rute perdagangan maritim utama dunia untuk pengiriman energi dan kargo komersial. Itu ditangkap oleh koalisi yang dipimpin Saudi pada tahun 2015.
Dalam sebuah pernyataan kepada Saudi Press Agency pada hari Kamis (27/05/2021), juru bicara Koalisi untuk Mengembalikan Legitimasi di Yaman, menyebut laporan itu “tidak berdasar dan tanpa fakta” dan mengatakan bahwa semua peralatan yang saat ini di pulau itu berada di bawah kendali koalisi.
“Beberapa laporan di media mengenai kehadiran pasukan UEA di Kepulauan Socotra dan Mayyun (Perim) tidak berdasar dan tanpa fakta.”
“[Mereka] ditempatkan di sana untuk memungkinkan pasukan legitimasi Yaman dan pasukan koalisi untuk melawan milisi Houthi, mengamankan navigasi maritim, dan mendukung pasukan Pantai Barat,” bunyi pernyataan itu, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.
“Upaya UEA saat ini difokuskan dalam pasukan Koalisi untuk memberikan dukungan udara dalam pertahanan Ma’rib.
“Kami menegaskan kembali bahwa menghormati kedaulatan, persatuan, dan integritas teritorial Yaman adalah yang terpenting dari prinsip-prinsip yang mapan dan fundamental dari Koalisi.”
Otoritas Emirat belum mengomentari laporan tersebut. Negara Teluk itu menarik sebagian besar pasukannya dari Yaman pada 2019 tetapi mempertahankan pengaruh melalui pejuang yang telah dipersenjatai dan dilatihnya.
Konflik Yaman secara luas dianggap sebagai perang proksi antara saingannya, Arab Saudi dan Iran. Konflik telah menemui jalan buntu selama bertahun-tahun dengan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran menguasai sebagian besar wilayah perkotaan.
Perang telah menewaskan lebih dari 230.000 orang di Yaman, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyebabkan wabah penyakit, dan membawa negara itu ke ambang kelaparan, yang oleh PBB digambarkan sebagai “krisis kemanusiaan terburuk” di dunia.*