Hidayatullah.com–Para menteri luar negeri Qatar dan Mesir bertemu di ibu kota Qatar, Doha, menjelang pertemuan luar biasa (KTT) para menteri luar negeri Arab untuk membahas perkembangan terakhir dalam krisis Bendungan Hidase atau Renaissance.
Syaikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani dari Qatar mengadakan pertemuan dengan timpalannya dari Mesir Sameh Shoukry untuk membahas kerja sama bilateral, terutama di bidang investasi dan perkembangan terbaru di kawasan mengenai masalah Palestina dan situasi Libya saat ini pada khususnya.
Menurut Kantor Berita Qatar (QNA), para menteri luar negeri menekankan pentingnya mengoordinasikan upaya regional untuk mencapai solusi yang menjamin keamanan dan stabilitas kawasan dan mempromosikan kerja sama bersama.
Selama pertemuan tersebut, Qatar mencatat perkembangan positif dalam hubungan antara kedua negara bersaudara, menekankan bahwa perkembangan ini melayani kepentingan peningkatan keamanan dan stabilitas di kawasan.
Al Thani menegaskan kembali apresiasi Doha atas upaya Mesir yang berkontribusi untuk menetapkan gencatan senjata baru-baru ini di Jalur Gaza dan menyoroti peran utama diaspora Mesir dalam mengembangkan sektor publik dan swasta Qatar.
Shoukry menyampaikan terima kasih negaranya kepada Qatar atas tanggapannya untuk mengadakan dialog konsultatif darurat tentang Bendungan Renaissance di Doha, Middle East Monitor melaporkan.
Qatar akan memimpin pertemuan konsultatif para menteri luar negeri Arab hari ini untuk membahas sejumlah perkembangan politik di kawasan itu.
Dalam pertemuan paralel luar biasa, atas permintaan Mesir dan Sudan, para menteri luar negeri Arab akan membahas perkembangan terkait krisis Renaisans Dam. Ethiopia sedang membangun bendungan senilai $ 5 miliar di dekat perbatasan dengan Sudan yang katanya akan memberi negara itu listrik dan regenerasi ekonomi yang sangat dibutuhkan. Mesir yakin akan membatasi aksesnya ke perairan Nil.
Mesir hampir seluruhnya bergantung pada air Nil, menerima sekitar 55,5 juta meter kubik per tahun dari sungai, dan percaya bahwa mengisi bendungan akan mempengaruhi air yang dibutuhkan untuk minum, pertanian dan listrik.
Kairo ingin Ethiopia menjamin Mesir akan menerima 40 miliar meter kubik atau lebih air dari Sungai Nil. Menteri Irigasi Ethiopia Seleshi Bekele mengatakan Mesir telah mengabaikan permintaan ini, tetapi Mesir bersikeras belum dan mengeluarkan pernyataan tentang hal ini.
Pertemuan itu juga akan mengkaji situasi di Palestina dan perang yang dilancarkan pendudukan Zionis “Israel” di Jalur Gaza.*