Hidayatullah.com—Hawa panas hari Kamis (29/7/2/21) menimbulkan kebakaran besar di Turki. Panasnya mencapai empat kali dari yang pernah tercatat di negeri itu, menurut data satelit yang diterima The Guardian.
Sedikitnya empat orang tewas dalam karhutla yang melanda kawasan wisata Antalya dan Muğla, memaksa ribuan wisatawan dievakuasi dari hotel mereka dengan barisan armada kapal.
Kondisi di sana dan di puluhan lokasi kebakaran lainnya di seluruh Turki sangat kering. Rekor suhu terpanas di Turki selama 60 tahun dipecahkan pekan lalu ketika wilayah Cizre, kota kecil di bagian tenggara, mencatat 49,1°C.
Media lokal mempublikasikan foto-foto resor populer di kawasan Laut Aegea yang dikelilingi oleh lereng bukit dan hutan serta lahan pertanian yang terbakar. Di Bodrum, di provinsi Muğla, 80 hektar lahan terbakar meskipun ada upaya pemadaman kebakaran dari darat dan udara. Api melahap dua hotel, memaksa evakuasi lebih dari 4.000 wisatawan dan staf oleh penjaga pantai dan kapal-kapal penangkap ikan.
Warga penduduk kota yang terdampak mengatakan kepada para reporter bahwa mereka belum pernah melihat hal seperti itu. Ibrahim Aydn, seorang petani, mengaku kehilangan semua ternaknya dan hampir tewas saat memadamkan api. “Semua yang saya miliki terbakar habis. Saya kehilangan domba-domba dan hewan-hewan lainnya,” katanya kepada Daily Sabah. “Ini tidak normal. Ini seperti neraka.”
Di seluruh negeri, petugas pemadam kebakaran harus mengatasi lebih dari 50 lokasi kobaran api. Puluhan petugas dirawat di rumah sakit karena asap yang mereka hirup. Sementara berita menyebar, #PrayForTurkey menjadi trending di Twitter dengan potret-potret kehancuran dan peta yang menunjukkan lokasi lebih dari dua lusin titik api di seluruh negeri.
Para menteri pemerintah berspekulasi bahwa penyebab kebakaran mungkin aksi pembakaran oleh gerakan separatis Kurdi PKK, tetapi mereka tidak menunjukkan bukti-bukti sangkaannya, lapor The Guardian.
Karhutla biasa terjadi di Turki selama musim panas, tetapi kobaran api selama dua hari terakhir ini luar biasa. Analisis satelit oleh Copernicus Atmosphere Monitoring Service menunjukkan intensitas panas kebakaran di Turki pada hari Kamis mencapai sekitar 20 gigawatt, empat kali lebih tinggi dari angka maksimum harian sebelumnya.
“Angka-angka itu melebihi skala dibandingkan dengan 19 tahun terakhir,” kata Mark Parrington, ilmuwan senior di lembaga Uni Eropa Copernicus Atmosphere Monitoring Service. Dia mengatakan asap dari kebakaran di dekat Antalya dan Mersin sekarang menuju ke Siprus.
Ilmuwan iklim Turki Levent Kurnaz mengatakan cuaca belakangan ini menciptakan kondisi mudah terbakar. “Cuaca sangat panas dan kering. Kondisi seperti Ini membantu untuk memicu kebakaran. Kesalahan sangat kecil saja akan mengarahkan kita pada bencana besar,” katanya lewat Twitter.
Ilmuwan iklim sejak lama memperkirakan kawasan Mediterania akan mengalami kenaikan suhu dan perubahan curah hujan, yang didorong oleh emisi dari aktivitas manusia. Risiko kebakaran hutan di masa depan diproyeksikan meningkat di Eropa selatan, menurut laporan terakhir oleh UN Intergovernmental Panel on Climate Change.
Tahun ini sepertinya tren tersebut akan berlanjut. World Meteorological Organisation lewat Twitter mengatakan bahwa panas yang ekstrem akan merambah ke wilayah Mediterania yang lebih luas dengan suhu yang diperkirakan naik di atas 40°C di daratan Italia, Yunani, Tunisia, dan Turki.*