Hidayatullah.com—Kantor Berita Turki, Anadolu Agency memperoleh dokumen yang mengungkapkan bahwa perusahaan raksasa semen Lafarge terus-menerus memberitahu badan intelijen Prancis tentang hubungannya dengan kelompok teroris Daesh/ISIS. Dokumen tersebut menunjukkan bahwa Lafarge, yang dituduh “terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan” atas pendanaan kelompok teror Daesh/ISIS dalam operasi di Suriah, memiliki hubungan dengan Daesh/ISIS dan intelijen Prancis mengetahuinya.
Dokumen memperlihatkan bahwa badan intelijen Prancis menggunakan jaringan Lafarge, kerjasamanya dengan kelompok teroris di Suriah dan melakukan pertemuan untuk mempertahankan operasinya di sana supaya mendapatkan berita dari wilayah tersebut, demikian kutip Anadolu Agency, Selasa (8/9/2021).
“Sejumlah dokumen juga mengungkapkan bahwa intelijen Prancis tidak memperingatkan perusahaan tersebut bahwa mereka melakukan kejahatan,” kutip Anadolu. “
Perusahaan tuntut dukungan dari badan intelijen Prancis
Menurut dokumen resmi Prancis, hubungan antara Lafarge dan badan intelijen Prancis dimulai pada 22 Januari 2014, ketika direktur keamanan perusahaan Jean-Claude Veillard mengirim email ke direktorat intelijen Kementerian Dalam Negeri. “Veillard, dalam suratnya, mengatakan perusahaan perlu menjaga hubungan dengan “aktor lokal” untuk dapat melanjutkan operasinya di Suriah.”
Soal berita negatif yang muncul di media tentang perusahaan, dia bertanya apakah eksekutif dan kantor pusat perusahaan berada di bawah ancaman. Dalam tanggapan yang diberikan, petugas intelijen memberitahu Velliard tentang tanggal kapan mereka akan mengatasi masalah tersebut.
Intelijen Prancis dapat manfaat dari Lafarge
Menyusul diskusi skandal hubungan organisasi teroris Lafarge di Prancis dan refleksi masalah di pengadilan, petugas intelijen, dengan kode nama AM 02, muncul di pengadilan pada 18 November 2018. Menurut catatan pernyataan, petugas itu mengakui bahwa Lafarge adalah sumber informasinya di Suriah.
Petugas intelijen memberitahu hakim tentang aktivitas dinas rahasia Prancis mengambil keuntungan dari pabrik Lafarge. Dalam sebuah catatan, petugas intelijen tidak mengecualikan Daesh/ISIS, dan mengatakan Lafarge mengirim semen ke semua kelompok bersenjata di Suriah (termasuk Front al-Nusra) pada 2012-2014.
“Kami mendekati situasi secara murni dengan oportunistik, mengambil keuntungan dari operasi Lafarge yang berkelanjutan,” kata petugas intelijen di pengadilan.
Intelijen Prancis tahu Lafarge sediakan semen untuk Daesh/ISIS
Rincian pengiriman semen ke organisasi teroris Daesh/ISIS dibahas dalam surat pada 1 September 2014 antara Veillard, direktur keamanan Lafarge, dan intelijen Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Jelas bahwa negara Prancis mengetahui hubungan Lafarge dengan organisasi teroris, yang dapat disimpulkan dari pernyataan intelijen Prancis, di mana badan itu mengatakan, “Bisakah Anda memberikan rincian lebih lanjut tentang semen yang diberikan kepada Daesh?”
Beberapa dokumen yang dicapai oleh Anadolu Agency menunjukkan bahwa ada lebih dari 30 pertemuan antara Lafarge dan dinas intelijen domestik, asing, dan militer Prancis antara tahun 2013 dan 2014 saja. Berkat semen yang dipasok dari perusahaan Prancis itu, Daesh/ISIS diketahui telah membangun benteng pertahanan dan jaringan terowongan melawan kekuatan Koalisi yang dipimpin oleh AS.
Lafarge sampaikan informasi lapangan kepada intelijen Prancis
Menanggapi informasi tersebut, Veillard memberikan kesaksian kepada polisi pada 30 November 2017. Menurut rekaman pernyataan yang diakses oleh Anadolu Agency, dia mencoba membuktikan bahwa dia memberitahu pemerintah Prancis dan lembaga intelijen tentang semua yang pihaknya lakukan.
Informasi terkait pertemuan, kondisi lapangan, serta spekulasi yang didengar direktur keamanan ada di lampiran catatan pernyataan. Veillard menyampaikan informasi lapangan terkait bentrokan dan keseimbangan militer antara kelompok bersenjata.
Sebuah catatan tulisan tangan oleh Veillard, yang dikirim ke intelijen asing Prancis juga disertakan dalam lampiran.
Nasib hukum
Laporan yang mengklaim bahwa Lafarge secara teratur mendanai Daesh/ISIS selama perang saudara Suriah muncul di Prancis pada 2016. Menurut media Prancis, perusahaan itu juga memasok bahan bakar ke organisasi teror itu untuk melanjutkan aktivitasnya di wilayah Jalibiyah, Suriah.
Pada 2017, meski perusahaan tersebut mengakui telah melakukan pembayaran kepada kelompok-kelompok bersenjata di Suriah, perusahaan tersebut membantah tuduhan “keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Setelah penyelidikan, delapan manajer, termasuk dua pejabat tinggi, dituduh mendanai terorisme dan berkerjasama melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tuduhan “keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan” dijatuhkan pada November 2019.
Sebagai tanggapan, organisasi non-pemerintah membawa kasus ini ke Mahkamah Agung Prancis, yang menguatkan tuduhan terhadap Lafarge atas “pembiayaan terorisme”.*