Hidayatullah.com—Sejumlah penerbangan terpengaruh menyusul pengumuman Qatar Airways yang menghentikan serta merta semua penerbangan ke Arab Saudi sejak Senin, 5 Juni 2017. Sebaliknya, Arab Saudi juga melarang penerbangan Qatar Airways di wilayahnya.
Langkah itu diambil setelah empat Negara Teluk –Bahrain, Saudi, Mesir dan UEA– memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar akibat perselisihan politik, dengan tuduhan Qatar mendukung terorisme.
Direktur Operasi Halijah Travel Singapura, Tengku Mustafa mengatakan, ada sekitar 30 jemaah umrahnya yang berada di Tanah Suci dan akan pulang ke tanah air pada 11 Juni nanti naik Qatar Airways.
“Kami ada jamaah di sana yang belum pulang. Sejauh ini Qatar Airways sedang mengelolanya dan kami sedang menunggu jawaban dari pihak mereka,” kata Tengku Mustafa, yang juga merupakan Wakil Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Muslim Singapura (AMTAS) dikutip media Singapura.
“Misalnya, kalau pesawat Qatar Airways tidak mendarat di Arab Saudi lagi, kami harus ambil keputusan mengganti ke pesawat yang lain. Biasanya perusahaan penerbangan akan bantu untuk menggantikan pesawat.
Baca: Bahrain, Arab Saudi, UEA dan Mesir Putuskan Hubungan dengan Qatar
“Mungkin dengan konversi pesawat itu waktu berangkat akan berubah satu dua hari. Perjalanan mungkin terpengaruh,” ujar dia.
Kondisi ini turut mencemaskan sejumlah jemaah dan biro perjalanan umroh dari Negara lain, karena musim puncak umrah Ramadhan – yaitu 10 Ramadan terakhir – bakal menjelang minggu depan.
Sementara itu, harga minyak jatuh satu persen hari Selasa ini menyusul kekhawatiran tindakan produsen minyak utama, Arab Saudi dan disertai Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Bahrain, memutuskan hubungan dengan Qatar.
Tindakan itu dikhawatirkan dapat mempengaruhi pembicaraan untuk mengurangi produksi minyak mentah dunia.
Keempat negara Arab itu juga menutup jaringan transportasi gas alam cair (LNG), setelah mengklaim Doha mendukung ekstremis dan merusak kestabilan wilayah Teluk.
Berita tentang keputusan empat negara itu pada awalnya mendorong harga minyak mentah Brent sebesar satu persen, setelah kekhawatiran geopolitik mulai heboh dipasaran.
Baca: Turki Siap Memfasilitasi Negara yang Berseteru dengan Qatar Berdialog
Namun, Brent kemudian turun 58 sen atau 1.12 persen untuk dijual pada harga US $ 49.37 per barel.
Dengan produksi sekitar 600.000 barel per hari, produksi minyak mentah Qatar dalam Organisasi Negara Pengekspor Petrolium (OPEC) adalah kecil, tetapi ketegangan di antara negara anggota organisasi itu dapat melemahkan perjanjian produksi yang bertujuan mendukung kenaikan harga.
“Meskipun kita tidak ingin mengetahui terlalu banyak dari segi masalah kepada OPEC, fakta bahwa pendirian Qatar terhadap Iran adalah elemen utama dalam isu ini membuat keadan lebih rumit pada pertemuan berikutnya yang sewajarnya harus diselesaikan,” kata analis JBC Energy.
Kini sudah ada keraguan bahwa usaha untuk memotong produksi hampir 1,8 juta barel per hari, bisa mendatangkan masalah bagi ekspor minyak mentah.*/Nashirul Haq AR