Hidayatullah.com—Menteri pertanian baru Jerman dari Partai Hijau, Cem zdemir, mengutuk serangan anti-Muslim alias Islamofobia baru-baru ini di pemakaman Muslim di barat laut negara itu, kata kedutaan Jerman di Turki pada Selasa. Kedutaan mengacu pada serangan di batu nisan di pemakaman Muslim di kota Iserlohn Jerman pada Malam Tahun Baru sebagai indikator terbaru dari meningkatnya sentimen anti-Islam di Eropa.
“Penodaan kuburan di Iserlohn sangat menjijikkan dan tidak lebih dari serangan anti-Muslim yang pengecut. Pikiran saya bersama kerabat almarhum. Saya bisa membayangkan dengan baik apa yang mereka rasakan. Jangan biarkan mereka sendirian!” zdemir telah menyuarakan pada hari Ahad dikutip Daily Sabah.
Menurut polisi setempat, sekitar 30 batu nisan di pemakaman Muslim di Iserlohn telah rusak. Pihak berwenang mengeluarkan permintaan informasi dari siapa saja yang menyaksikan vandalisme atau memiliki informasi yang dapat membantu penyelidikan.
Serangan anti-Muslim itu terjadi di tengah meningkatnya kejahatan Islamofobia di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian luar negeri Turki juga menyatakan “kesedihan” dalam menghadapi serangan itu.
Kementerian mendesak para pejabat untuk menemukan “pelaku serangan bencana ini” yang harus “dibawa ke pengadilan dan diberi hukuman yang pantas mereka terima.” Ia juga meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah insiden seperti itu terjadi.
Menurut laporan yang baru-baru ini diterbitkan, berjudul “European Islamophobia Report 2020,” total 901 kejahatan Islamofobia didaftarkan oleh Kantor Polisi Kriminal Federal di Jerman pada tahun 2020. Sementara itu ada delapan belas demonstrasi anti-Islam diadakan dan 16 diorganisir oleh gerakan rasis PEGIDA di Jerman pada tahun yang sama.
Selain itu, pada tahun 2020 terjadi peningkatan Islamofobia online ketika penguncian virus corona diberlakukan dan kehidupan ditutup di seluruh Eropa, menurut laporan itu. Islamofobia di Eropa telah “memburuk, jika tidak mencapai titik kritis,” kata laporan itu, menggarisbawahi fakta bahwa bahkan gerakan politik sentris dan arus utama di benua itu melegitimasi penargetan Muslim dengan alasan memerangi ekstremisme.
Jerman telah mengalami peningkatan rasisme dan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir. Jerman adalah rumah bagi 81 juta orang dan menampung populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, setidaknya 3 juta adalah keturunan Turki.
Komunitas Turki di Eropa prihatin dengan meningkatnya tren Islamofobia dan Turkofobia di negara-negara Barat dan telah meminta negara-negara Eropa untuk meningkatkan tindakan melawan kejahatan rasial.
Pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politisi Eropa untuk mengambil sikap menentang rasisme dan jenis diskriminasi lain yang telah mengancam kehidupan jutaan orang yang tinggal di dalam perbatasan blok tersebut.*