Hidayatullah.com–Aliansi milisi yang dipimpin Kurdi mengatakan telah merebut kendali penuh atas sebuah penjara di timur laut Suriah yang sempat dikuasai oleh kelompok Negara Islam (IS) enam hari lalu.
Seorang juru bicara Syrian Democratic Forces (SDF) – milisi Kurdi yang disokong Amerika Serikat – lewat Twitter mengatakan bahwa “semua teroris Daesh” yang berada di penjara Ghwayran di Hasaka sudah menyerahkan diri, lansir BBC Rabu (26/1/2022).
Sedikitnya 181 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan sejak ISIS mengupayakan pelarian massal pada Kamis pekan lalu. Mereka yang tewas termasuk 124 aktivis dan narapidana dan 50 polisi, petempur SDF dan sipir penjara, menurut Syrian Observatory for Human Rights.
Kelompok pemantau ber
basis di Inggris itu hari Rabu (26/1/2022) petang melaporkan bahwà SDF sudah menguasai sebagian besar penjara itu, tetapi memperingatkan bahwa kemungkinan masih ada anggota ISIS bersembunyi di dalam sel dan bagian penjara yang belum diperiksa.
SDF menahan 12.000 pria dan remaja laki-laki selama perang melawan IS di penjara darurat yang penuh sesak, yang terletak di wilayah utara dan timur Suriah yang dikendalikannya. Di kamp penjara itu juga ada 60.000 wanita, anak perempuan dan anak laki-laki.
Serangan terhadap penjara Ghwayran hari Kamis malam pekan lalu itu merupakan operasi ISIS terbesar sejak kelompok bersenjata itu dikalahkan di Suriah pada 2019 dan terjadi di tengah tanda-tanda kemunculannya kembali.
Sel-sel tidur ISIS menggunakan bahan peledak untuk membobol dinding luar kamp penjara itu dan memasukinya dengan tujuan membebaskan teman mereka yang diperkirakan mencapai 4.000 pria.
Ratusan petempur SDF dan anggota pasukan sekutunya Asayish bertempur merebut kembali kamp penjara itu dengan bantuan jet-jet tempur, helikopter, kendaraan lapis baja dari pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat.
SDF mengatakan 23 penjaga penjara yang ditawan sudah dibebaskan dan lebih dari 1.000 militan dan tawanan sudah menyerahkan diri sebelum jubir SDF Farhad Shami mengumumkan akhir operasi tersebut pada Rabu sore.
Beberapa ratus tahanan anak juga terjebak di fasilitas itu. Namun, Shami dalam pengumuman lewat Twitter tidak menyebut soal 700 anak yang kata SDF digunakan ISIS sebagai tameng manusia.
Akan tetapi, kepada radio Voice of America dia berkata, “Kalau saja keselamatan anak-anak itu tidak menjadi kekhawatiran utama kami, maka kami sudah akan bisa menuntaskan operasi ini dalam satu atau dua hari dengan persenjataan berat.”
UNICEF hari Selasa malam mengatakan telah menerima “laporan yang sangat mengkhawatirkan perihal korban nyawa anak-anak” yang terjebak di dalam tempat itu dan meminta kepada semua pihak agar membolehkan mereka dievakuasi dengan aman.
Beberapa tahanan dalam kamp penjara. itu mengirim pesan audio yang mengatakan bahwa mereka melihat mayat beberapa anak dan memperingatkan bahwa tidak ada makanan, air atau obat-obatan di sana.
Letta Tayler dari Human Rights Watch lewat Twitter mengatakan bahwa dia melakukan kontak dengan seorang pemuda warga Amerika Serikat berusia 18 tahun dan seorang pria Kanada yang berada di penjara, yang mengatakan bahwa 15 sampai 20 anak tewas dan mereka takut akan ditembak apabila berusaha meninggalkan tempat itu.
“Jujur sangat sulit untuk menerka sebab keadaannya sangat kacau,” kata Tayler mengutip perkataan pria Kanada tersebut. “Seorang anak lelaki yang saya evakuasi karena kami berusaha menghentikan pendarahannya, dia mati di depan saya. Kakinya patah terbuka … Kami berusaha menghentikan pendarahannya dengan sebuah kemeja. Dia tampak masih sangat muda.”
UNICEF mengatakan kebanyakan dari 850 anak, sebagian berusia 12 tahun, di tahan ditahan di penjara Ghwayran itu serangan Kamis pekan lalu itu terjadi. Sebagian besar adalah anak laki-laki Suriah dan Iraq, sementara sisanya adalah warga dari 20 negara lain yang menolak merepatriasi mereka.
SDF dan pemerintah pimpinan Kurdi di bagian timur laut Suriah juga meminta agar negara-negara merepatriasi tersangka ‘jihadis’ dan keluarganya, mengatakan bahwa mereka tidak memiliki sumber daya untuk menahan orang-orang itu selamanya.
Tidak jelas berapa banyak tahanan yang melarikan diri selama serangan penjara terjadi. ISIS mengklaim telah membebaskan 800 orang, sementara SDF mengatakan sebagian besar dari mereka yang kabur telah ditangkap kembali.*