Hidayatullah.com — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan bahwa ia ingin negaranya menjadi “Israel” besar dengan wajahnya sendiri setelah invasi Rusia berakhir.
Keamanan, menurutnya, kemungkinan akan menjadi masalah utama di Ukraina setelah perang berakhir.
Dalam pernyataan di situs resmi presiden pada Selasa, Zelenskyy mengatakan bahwa ia mempunyai visi untuk Ukraina pasca-perang yaitu memiliki angkatan bersenjata di “semua institusi, supermarket, bioskop, akan ada orang-orang bersenjata di sana”.
Di ‘Israel’, warga sipil dan pemukim bersenjata serta tentara adalah hal yang biasa, dan pemerintah seringkali meminta bantuan keamanan.
Dilansir Al Jazeera, presiden yang merupakan seorang Yahudi itu dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya menjaga hubungan dekat dengan ‘Israel’. Ia memuji entitas Zionis sebagai model bagi Ukraina.
“Saya yakin bahwa masalah keamanan kami akan menjadi nomor satu dalam 10 tahun ke depan,” kata Zelenskyy, menolak gagasan bahwa Ukraina pasca-perang akan meniru demokrasi Eropa liberal seperti Swiss sebagai model.
Dia mengatakan bahwa orang-orang Ukraina “akan menjadi tentara besar kita”.
Zelenskyy juga mengatakan bahwa Ukraina tidak akan “benar-benar liberal, Eropa”; bahwa ia harus melakukan modus operandi yang berbeda.
Terlepas dari hubungannya dengan ‘Israel’, Zelenskyy, bagaimanapun, telah mengkritik posisi canggung Zionis dalam perang Rusia di negaranya.
Setelah mempertahankan posisi yang relatif tenang dalam invasi, gembong ‘Israel’ mengeluarkan pernyataan mengutuk dugaan kekejaman di Bucha, dekat Kyiv.
Perdana Menteri ‘Israel’ Naftali Bennett mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa dia terkejut dengan gambar mengerikan yang muncul dari Bucha, tetapi dia berhenti menuduh pasukan Rusia melakukan dugaan kejahatan perang atau meminta pertanggungjawaban Moskow.
“Kami, tentu saja, terkejut dengan adegan kejam di Bucha. Gambar-gambar yang mengerikan, dan kami sangat mengutuk mereka,” katanya.
Penderitaan warga Ukraina sangat besar, dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk membantu
Gembong Zionis, Naftali Bennett
‘Israel’ telah muncul sebagai mediator dalam upaya untuk mengakhiri perang, mengingat hubungan baiknya dengan Ukraina dan Rusia.
Dalam upaya untuk mempertahankan hubungannya dengan Vladimir Putin, Bennett telah diukur dalam kritiknya terhadap presiden Rusia. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Yair Lapid telah vokal dalam kecamannya yang lebih keras atas tindakan Rusia di Ukraina.
Bennett merujuk wartawan ke komentar yang dibuat oleh Lapid, yang menyebut kematian warga sipil di Bucha sebagai kejahatan perang.
“Gambar dan kesaksian dari Ukraina mengerikan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil yang tak berdaya. Saya mengutuk keras kejahatan perang ini,” kata Lapid dalam sebuah pernyataan.*