Hidayatullah.com—Lebih dari 2.000 kasus diskriminasi rasis dilaporkan di Jerman tahun lalu, menurut sebuah laporan baru oleh badan anti-diskriminasi terkemuka negara itu. Komisioner anti-diskriminasi negara itu, Ferda Ataman, mengatakan angka-angka tersebut mengkhawatirkan dan menyerukan tindakan hukum yang lebih kuat, kutip Daily Sabah.
“Orang-orang di Jerman masih mengalami diskriminasi setiap hari, terutama di pasar kerja dan dalam bisnis sehari-hari dan ketika mencari akomodasi, dan terkadang oleh otoritas publik atau di jalan,” kata Ataman. “Saya juga ingin orang-orang mengetahui hak-hak mereka dan bahwa diskriminasi itu ilegal. Saya ingin membuat Undang-Undang Kesetaraan Jerman lebih dikenal dan menunjukkan bagaimana diskriminasi dapat dicegah secara khusus,” tambahnya.
Menurut laporan tersebut, total lebih dari 5.600 orang mengajukan pengaduan diskriminasi, 37% dari kasus tersebut adalah diskriminasi di tempat kerja. Sekitar 9% dari pengaduan tersebut diajukan oleh orang-orang yang mengalami diskriminasi atau kerugian karena agamanya.
Badan Anti-Diskriminasi Federal menawarkan konsultasi kepada orang-orang yang dalam kehidupan profesional atau pribadi mereka telah mengalami diskriminasi atas dasar asal etnis, agama, kepercayaan, identitas seksual, usia, kecacatan atau jenis kelamin.
Untuk memenuhi peningkatan permintaan yang signifikan, Badan Anti-Diskriminasi mendirikan pusat layanan tahun lalu untuk menyediakan layanan konsultasi telepon yang baru dan diperluas.
“Sangat penting bagi saya bahwa kami dapat membantu orang-orang yang terkena dampak di Jerman dengan lebih baik. Kami juga melihat dari hasil penelitian kami bahwa undang-undang yang kami miliki saat ini tidak selalu cukup membantu; sayangnya, badan anti-diskriminasi hanya memiliki kesempatan untuk melakukan penilaian hukum,” kata Ataman.
“Undang-undang anti diskriminasi saat ini sangat lemah. Orang harus pergi ke pengadilan sendiri jika mereka ingin pergi ke pengadilan, tetapi yang dapat kami lakukan sebagai badan anti diskriminasi adalah kami dapat meminta pernyataan dari majikan, atau dari orang lain yang terlibat. Kami dapat mencoba membantu mereka mencapai penyelesaian, tetapi untuk mengambil tindakan hukum, orang harus membuat keputusan itu sendiri dan, untuk saat ini, kami hanya dapat memberi mereka pendapat hukum, ”tambahnya.
Sejak 2019, Badan Anti-Diskriminasi Federal menerbitkan laporan tahunan tentang kegiatannya.
Etnis Asia dan Muslim
Di antara stereotip rasial sering terjadi kepada orang Asia dan Muslim. Bahkan tidak jarang sering berlanjut menjadi serangan fisik.
Sikap rasis terhadap orang-orang yang berasal dari Asia telah menjadi perhatian setelah merebaknya pandemi Covid-19 dan dugaan asalnya di kota Wuhan di China. Namun prasangka rasial terhadap orang Asia telah lama didapati di Jerman, kutip DW.
Media Jerman ini mengulas kasus kerusuhan anti-imigran yang lebih parah pernah terjadi di Rostock-Lichtenhagen tahun 1992, ketika sekitar 2.000 ekstremis sayap kanan menyerang dan mengebom blok perumahan yang dipenuhi oleh pekerja kontrak asal Vietnam. Ribuan orang dilaporkan memuji tindakan para ekstremis tersebut, sementara polisi tidak berbuat banyak untuk menghentikan serangan itu.
“Gambar ini telah membentuk banyak orang yang kini berjuang melawan rasisme di Jerman,” kata Ferat Ali Kocak, seorang aktivis antirasisme di Berlin. “Jelas bagi kami bahwa karena berbagai alasan, rasisme anti-Asia, meskipun tidak selalu terlihat, tertanam kuat dalam masyarakat Jerman.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain tumbuhnya rasisme kepada etnis Asia, yang tidak kalah penting adalah diskriminasi dan kekerasan pada Muslim. Ada 5 juta Muslim di negara tersebut, tetapi, insiden anti-Muslim terus mengalami peningkatan.
Jumlah Muslim lebih besar dari Yahudi yang hanya 150 ribu orang, tetapi insiden kebencian anti-Muslim terus meningkat. Muslim mengalami penghinaan yang terjadi setiap hari, bahkan kasus paling besar dan mengerikan pernah terjadi, saat peristiwa penembakan Hanau pada Februari 2020.
Kala itu, seorang ekstremis sayap kanan menembaki dua bar sisha dan membunuh sembilan orang. Kejadian besar lainnya yakni pembunuhan politisi pro-pengungsi di negara bagian Hesse oleh seorang neo-Nazi pada bulan Juni tahun lalu.*