Hidayatullah.com—Royal Military Police sedang menyelidiki tuduhan pasukan khusus Inggris membunuh sejumlah warga sipil tak bersenjata di Afghanistan, lapor BBC.
Seorang pria kepada BBC mengatakan bahwa empat orang anggota keluarganya dibunuh dalam serangan malam hari yang melibatkan SAS (Special Air Force, pasukan khusus dari Angkatan Darat Inggris) pada tahun 2011.
Sunday Times juga melaporkan perihal tuduhan-tuduhan pembunuhan lain oleh pasukan Inggris di Afghanistan.
Penyelidikan atas perilaku pasukan Kerajaan Inggris yang dikerahkan di Afghanistan dimulai sejak 2015.
Di tahun 2016, Kementerian Pertahanan mengatakan sekitar 600 pengaduan terkait pasukan Inggris di Afghanistan masuk ke mejanya. Kasus-kasus yang dilaporkan itu terjadi antara tahun 2005 sampai 2013.
Kemenhan Inggris mengatakan 90 persen dari kasus-kasus tersebut telah dituntaskan, sementara kurang dari 10 persen lainnya masih dalam penyelidikan oleh Royal Military Police dalam misi Operation Northmoor.
Orang yang berbicara kepada BBC itu mengatakan bahwa dirinya ditahan semalaman dalam kondisi mata tertutup dalam sebuah kamar.
“Pagi-pagi, mereka datang dan membuka mata saya dan mengatakan bahwa saya tidak boleh keluar kamar sampai mereka meninggalkan tempat itu. Ketika helikopter-helikopeter terbang meninggalkan daerah itu saya keluar dari kamar,” kata laki-laki yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
“Begitu saya keluar kamar, saya melihat ayah, dua saudara laki-laki dan sepupu saya sudah ditembak mati oleh mereka,” imbuhnya.
BBC diberitahu bahwa serangan itu melibatkan pasukan khusus Inggris SAS dan sekarang kasusnya sedang diselidiki.
Chris Green, seorang bekas anggota intelijen AD Inggris yang pernah ditugaskan di Afghanistan, mengatakan bahwa dia dihalang-halangi ketika berusaha menyelidiki dugaan pelanggaran oleh anggota-anggota pasukan khusus itu.
“Militer Inggris, dan pasukan yang bekerja sama dengan saya, ditugaskan dengan sejumlah aturan yang sangat sangat ketat. Dan menurut penglihatan saya, sepertinya pasukan khusus itu tidak menerapkan aturan yang sama dengan cara yang sama,” kata Green.
“Pandangan saya tentang akuntabilitas mereka adalah, saya tidak melihatnya sama sekali,” imbuh Green, menegaskan bahwa pasukan khusus Inggris tidak memiliki akuntabilitas.
“Ketika saya mencari informasi dari mereka, tembok rahasia dipasang di depan saya dan saya tidak melihat ada alasan yang bagus kenapa informasi yang saya minta tidak diberikan dan mereka juga tidak bisa memberikan alasan yang memadai kenapa saya ditolak untuk mendapatkan informasi itu,” paparnya.
Politisi terkemuka dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dan bekas jaksa agung Lord Macdonald, termasuk pihak-pihak yang menuntut agar dilakukan penyelidikan atas tuduhan-tuduhan pelanggaran yang dilakukan pasukan Inggris.
“Angkatan bersenjata kita memiliki reputasi kepatutan dan keberanian,” kata Corbyn.
“Jika kita tidak bertindak menangani tuduhan-tuduhan mengejutkan semacam itu, kita beresiko meremehkan reputasi tersebut, keamanan dalam negeri kita dan keamanan pasukan bersenjata yang ditugaskan di luar negeri,” imbuhnya.
Namun, salah satu bekas pimpinan AD Inggris, Jenderal Lord Richard Dannat, mengatakan seharusnya orang tidak cepat mengambil kesimpulan. Dia membantah ada hal-hal yang ditutup-tutupi oleh militer.
Patut diketahui, segudang tuduhan pelanggaran meluas yang dilakukan pasukan Inggris di Iraq diperlakukan sebagai informasi tertutup, rahasia, dan penyelidikan-penyelidikan atas kasus-kasus tersebut sekarang sudah dinyatakan ditutup.*