Pemerintah China, menurut New York Times, pembongkaran masjid bagi dari upaya untuk “mengikis warisan budaya dan agama di wilayah itu dan secara paksa mengasimilasi minoritas Muslim China.”
Hidayatullah.com — Pemimpin Partai Komunis China, Xi Jinping, mengakui bahwa pihaknya menghancurkan dan mengubah banyak masjid di Provinsi Ningxia dan Xinjiang, yang sebagian besar warganya Muslim. Hal tersebut ia sampaikan dalam pidatonya di Kongres Partai Komunis China.
Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa agama di Tiongkok harus “berorientasi kepada China”, lansir BBC (17/10/2022).
Bentuk bangunan yang dianggap memiliki citra Arab dan Islam sudah digantikan dengan bentuk lain ala China.
Pada 2018 lalu, pemerintah kota Weizhou berencana membongkar masjid karena menyebutnya tidak berizin, sehingga bisa disebut “gedung ilegal”.
Kala itu, warga Muslim Weizhou yang beretnis Hui berupaya menghambat penghancuran dengan menduduki masjid. Hingga akhirnya, pemerintah China “hanya” mengubah bangunannya menjadi gaya China. Bahkan menara dan kubahnya diganti dengan pagoda.
Sementara di Xinjiang, secara resmi bernama Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, banyak bangunan bergaya Islam dan Masjid yang dibongkar. Pada September 2020, New York Times melaporkan bahwa pemerintah Xinjiang menghancurkan banyak masjid di seluruh wilayah tersebut.
Pemerintah China, menurut New York Times, pembongkaran masjid bagian dari upaya untuk “mengikis warisan budaya dan agama di wilayah itu dan secara paksa mengasimilasi minoritas Muslim China.” Beberapa outlet media Barat lainnya, termasuk Voice of America, mengangkat laporan tersebut.
Lembaga pemikir Australia, Institut Kebijakan Strategis (ASPI) memperkirakan pihak berwenang China merusak atau langsung menghancurkan ribuan bangunan keagamaan di seluruh Xinjiang.
Sekitar 16.000 masjid telah dihancurkan atau dibongkar, menurut laporan ASPI berdasarkan citra satelit yang mendokumentasikan ratusan situs suci dan pemodelan statistik.
Sebagian besar kehancuran terjadi dalam tiga tahun terakhir dan diperkirakan 8.500 masjid telah hancur total, kata laporan itu, dengan lebih banyak kerusakan di luar pusat kota Urumqi dan Kashgar.
Banyak masjid yang lolos dari penghancuran telah kehilangan kubah dan menaranya, menurut penelitian, yang memperkirakan kurang dari 15.500 masjid utuh dan rusak dibiarkan berdiri di sekitar Xinjiang. Jika benar, itu akan menjadi jumlah terendah tempat peribadahan umat Islam di wilayah itu sejak pergolakan nasional yang dipicu oleh Revolusi Budaya pada tahun 1960an.
Sebaliknya, tidak ada gereja Kristen dan kuil Buddha di Xinjiang yang rusak atau hancur, menurut penelitian lembaga tersebut. ASPI juga mengatakan hampir sepertiga dari situs suci Islam besar di Xinjiang – termasuk tempat suci, kuburan dan rute ziarah – telah dihancurkan.*