Hidayatullah.com—Serangan udara Prancis pada bulan Januari di Mali telah menewaskan 19 warga sipil dan tiga pria bersenjata di sebuah acara pernikahan, demikian laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kementerian Pertahanan Prancis menyangkal temuan PBB itu, mengatakan bahwa serangan pada 3 Januari itu “menarget sebuah kelompok teroris bersenjata.”
Prancis mengerahkan 5.100 tentara di kawasan Sahel untuk memerangi kelompok-kelompok yang berkaitan dengan al-Qaeda dan ISIS alias IS.
PBB melakukan investigasi setelah warga setempat menduga bahwa sebuah helikopter melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang sedang menghadiri acara pernikahan di dekat desa Bounti di Mali bagian tengah.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa kala itu memang sedang digelar acara pernikahan yang dihadiri sekitar 100 warga sipil di lokasi serangan, lansir AFP Selasa (30/3/2021) mengutip laporan PBB tersebut.
Sekitar 5 orang bersenjata, yang diduga anggota kelompok afiliasi al-Qaeda, juga menghadiri acara tersebut, kata laporan itu.
“Sekumpulan orang yang terkena serangan itu hampir seluruhnya terdiri dari warga sipil yang merupakan orang yang dilindungi berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” kata PBB.
Laporan Reuters menyebutkan investigasi PBB itu dilakukan oleh divisi HAM misi PBB di Mali.
Tim investigasi menelaah sejumlah citra satelit, mengunjungi daerah lokasi serangan pada akhir Januari dan menayai lebih dari 400 orang.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Prancis membela negaranya dengan mengatakan bahwa ada banyak pertanyaan tentang metodologi yang dipakai penyelidik PBB dan bersikukuh mengatakan tentaranya menyerang sekumpulan teroris bersenjata.*