Hidayatullah.com—Menyusul keputusan Imarah Islam Afghanistan untuk menangguhkan sementara proses belajar bagi anak perempuan di universitas untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Hussain Ibrahim Taha, mengungkapkan keprihatinan mendalam serta mengecam keputusan yang dinilai membingungkan ini.
Dalam sebuah pernyataan terbaru OKI mengatakan, keputusan Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan sangat mengecewakan bagi organisasi ini. Hal ini disampaikan Hussein mengingat sebelumnya OKI dan utusan khususnya untuk Afghanistan telah “berulang kali memperingatkan agar tidak mengambil keputusan seperti itu”.
OKI menambahkan, pesan peringatan terakhir bahkan disampaikan dalam perjalanannya ke Kabul pada pertengahan November tahun ini. Menurut Ibrahim Taha, penangguhan akses pendidikan anak perempuan ke universitas dianggap merampas hak anak perempuan dan para perempuan Afghanistan atas pendidikan, pekerjaan dan keadilan sosial.
OKI meminta Taliban untuk mempertimbangkan kembali dan membatalkan perintah ini “untuk menjaga konsistensi antara janji mereka dan keputusan yang sebenarnya”.
Sementara itu, Kerajaan Arab Saudi mendesak Afghanistan menarik kembali keputusan tersebut. dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyatan terbaru menyesali keputusan penangguhan ini.
“Melarang perempuan dari pendidikan tinggi bertentangan dengan pemberian hak hukum penuh kepada perempuan Afghanistan, yang paling penting hak atas pendidikan yang berkontribusi pada keamanan, stabilitas, pembangunan dan kemakmuran bagi Afghanistan dan rakyatnya,” kata pernyataan itu.
Selasa lalu, Kementerian Pendidikan Imarah Islam Afghanistan, menangguhkan akses pendidikan untik siswa perempuan di universitas hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Sesuai keputusan kabinet, kalian semua diinstruksikan untuk segera melaksanakan perintah penghentian pendidikan anak perempuan sebagaimana yang disebutkan sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Menteri Pendidikan Tinggi Neda Mohammad Nadeem, dalam sebuah pernyataan hari Selasa (18/12/2022). “Pastikan perintah itu dijalankan,” imbuhnya dikutip ToloNews.
Menurut Nadeem, sekolah putri tetap ditutup karena masalah ekonomi dan keamanan yang ada dan akan dilanjutkan kembali setelah situasi membaik. Bagaimanapun penangguhan ini banyak dikecam dunia internasional.*