Hidayatullah.com–Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Selasa mengunjungi Ibu Kota Afghanistan, Kabul, di tengah desakan untuk penyelesaian konflik secara damai di negara itu.
Stoltenberg didampingi oleh Ketua Komite Militer Marsekal Udara Sir Stuart Peach dan Panglima Tertinggi Sekutu Eropa Jenderal Curtis Scaparrotti.
Berbicara dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Ashraf Ghani, Stoltenberg menjanjikan dukungan NATO untuk negara yang dilanda perang itu.
“NATO bertekad untuk melihat Afghanistan berhasil. Itu sebabnya sekitar 16.000 pasukan dari 39 negara berbeda berpartisipasi dalam Misi Dukungan Tegas kami. Bersama-sama, kami melatih, memberi saran dan membantu pasukan Afghanistan saat mereka berupaya membuat negara ini lebih aman,” katanya dikutip Anadolu Agency.
Baca: Taliban Jamin Masa Depan Cerah jika Amerika Keluar dari Afghanistan
Stoltenberg mengakui bahwa situasi di Afghanistan setelah 17 tahun perang masih sangat serius.
“Tentara dan polisi Afghanistan berada di garis depan konflik ini. Banyak yang terbunuh atau terluka setiap minggu. Dan saya menghargai keberanian dan kesetiaan mereka. Para pemberontak juga menewaskan puluhan warga sipil Afghanistan,” katanya.
Meminta Taliban untuk duduk di meja negosiasi, Stoltenberg mengatakan pertarungan itu tidak berguna dan kontraproduktif.
Sementara itu, presiden Afghanistan memuji dan mendukung upaya AS untuk solusi damai bagi konflik di negaranya.
“Tadi malam, saya mengarahkan semua gubernur untuk membentuk dewan perdamaian dari semua segmen masyarakat untuk pembicaraan yang sebenarnya dan hari itu tidak akan lama lagi jika kita memulainya sekarang,” kata Ghani.
Dia juga menyoroti keberanian dan komitmen pasukan Afghanistan dalam memenuhi tanggung jawab keamanan negara sejak berakhirnya misi tempur pimpinan NATO dan keluarnya lebih dari 100.000 pasukan asing pada 2014.
Pemerintah Afghanistan mengumumkan pembentukan dewan konsultatif nasional untuk mempercepat upaya perdamaian.
Baca: Perang di Afghanistan, Sebuah “Perang Sumber Daya Alam”
Shah Hussain Murtazavi, juru bicara kepresidenan, mengatakan kepada radio lokal Azadi bahwa perwakilan masyarakat sipil dan pemimpin agama dari 34 provinsi telah diundang untuk datang dan bertemu dengan tim teknis untuk pembicaraan damai di Kabul.
Hal ini sejalan dengan permintaan Perwakilan AS untuk Rekonsiliasi Afiliasi Duta Besar Zalmay Khalilzad kepada pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk membentuk tim perunding resmi untuk pembicaraan damai.
Sekjen NATO juga bertemu dengan Komandan Dukungan Tegas Jenderal Austin Scott Miller, Perwakilan Senior Sipil NATO di Afghanistan Duta Besar Cornelius Zimmermann dan dengan pasukan yang berkontribusi pada Misi Dukungan Tegas yang dipimpin NATO.
Sebagaimana diketahui, Afghanistan mengalami kesulitan dan konflik berkepanjangan semenjak keterlibatan AS dan sekutunya menyerang negara itu sejak 2001.
Serangan Presiden George W Bush yang disebutnya kampanye ‘Perang Melawan Terorisme’ dengan tujuan menggulingkan kekuasaan pemerintahan sah Taliban, yang dituduh melindungi al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden, akhirnya melibatkan banyak negara ikut masuk; Diantaranya Britania Raya, Prancis, Belanda, dan Australia.
Perang dengan kode yang diberikan oleh Amerika Serikat dengan sebutan Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom) banyak dinilai hanya dalih untuk menguras sumber daya alam negeri itu yang dikenal kaya sumber daya alam seperti batu bara, gas alam , tembaga dan mineral.*