Hidayatullah.com–Ribuan warga Bahrain turun ke jalan sehingga membentuk kerumunan sepanjang beberapa kilometer di sekitar Lapangan Mutiara, yang menjadi pusat demonstrasi massa selama sembilan hari terakhir.
Sambil mengibar-kibarkan bendera Bahrain, para demonstran pria dan wanita berjalan menyemut menuju monumen berwarna putih di lapangan itu.
Diperkirakan sedikitnya 150.000 orang memenuhi jalan dan berkumpul di sekitar Masjid Al-Fatah, masjid terbesar di negara kecil tetapi kaya minyak itu. Mereka menuntut persatuan nasional dan menghapuskan sektarianisme.
Sebagaimana diketahui, aksi demonstrasi di Bahrain dipicu oleh kelompok Syiah yang merasa selama ini dianaktirikan penguasa kerajaan. Warga Syiah yang menjadi mayoritas di Bahrain sejak lama mengatakan menjadi korban diskriminasi terkait perumahan dan pekerjaan di badan pemerintah. Mereka juga meminta hak politik lebih besar ditarik dari tangan keluarga kerajaan Sunni.
Hari Selasa (22/2) jumlah demonstran semakin bertambah. Sambil meneriakkan slogan antipemerintah ribuan orang mengikuti upacara pemakaman Redha Muhammed (20), yang tewas terkena tembakan aparat tiga hari sebelumnya
Sebagian pengunjuk rasa juga meminta Raja Hamad bin Isa al-Khalifah mundur.
Pawai masal yang diserukan pada hari Selasa siang itu disebut “pawai kesetiaan kepada syuhada,” ujar Ibrahim al-Sharif, seorang pegiat oposisi sekular Sunni.
Pawai ini dilakukan setelah ribuan kaum Sunni pro pemerintah melakukan aksi di satu mesjid Manama pada hari Senin malam untuk menyatakan rasa setia pada keluarga kerajaan al-Khalifa, dan meminta para pengunjuk rasa untuk menjawab undangan Putra Mahkota Salman bin Hamad untuk membicarakan perundingan reformasi politik secara luas.
Raja Hamad telah memerintahkan sejumlah tahanan politik dibebaskan, pada hari Selasa (22/2). Pembebasan para pembangkang ini merupakan satu tuntutan para pengunjuk rasa pro demokrasi yang menduduki lapangan besar di ibukota Manama.
Tujuh orang tewas dan sejumlah besar warga luka-luka dalam satu minggu belakangan setelah pasukan keamanan berusaha membubarkan demonstrasi, sebelum diperintahkan mundur pada hari Sabtu (19/02).*