Hidayatullah.com — Seorang atlit sekolah menengah Tennessee didiskualifikasi dari pertandingan voli karena menggenakan jilbab, memicu seruan untuk mengubah peraturan voli di seluruh negara bagian lapor CNN pada Kamis (01/10/2020). Najah Aqeel, murid baru di Valor Collegiate Prep di Nashvill, sedang melakukan pemanasan untuk sebuah pertandingan pada 15 September ketika pelatihnya mengatakan bahwa wasit tidak memperbolehkannya bermain karena jilbabnya.
Wasit mengutip aturan buku kasus yang mewajibkan atlet yang mengenakan jilbab diberikan otorisasi dari Tennessee Secondary School Athletic Association (TSSAA). Najah, 14, mengatakan dia tidak memiliki otorisasi, tetapi itu tidak menjadi masalah untuk pertandingan sebelumnya.
Dihadapkan pada pilihan melepas hijab atau absen dalam pertandingan, Najah memutuskan tidak bermain. Kebanyakan wanita Muslim yang memakai jilbab hanya melepasnya di hadapan wanita lain atau anggota keluarga dekat.
“Saya marah, sedih dan juga kaget hanya karena saya belum pernah mendengar aturan itu sebelumnya,” kata Najah dikutip laman CNN. “Aturan itu tidak seharusnya ada di buku peraturan. Ini membedakan-bedakan orang yang memakai hijab. Saya tidak mengerti mengapa saya perlu persetujuan untuk memakai hijab saya ketika itu adalah bagian dari agama saya.”
Karissa Niehoff, direktur eksekutif Federasi Nasional Asosiasi Sekolah Menengah Negeri (NFSH), yang menetapkan aturan kompetisi untuk sebagian besar olahraga sekolah menengah AS, mengatakan kepada CNN bahwa pedoman seragam bukanlah aturan yang ketat, dan negara bagian dapat membuat pengecualian. “Kami sangat sedih dan sangat menyesal bahwa perempuan muda itu didiskualifikasi dari pertandingan karena mengenakan jilbab,” kata Niehoff.
“Pikiran sehat harusnya ditunjukkan oleh orang dewasa. Pendekatan yang lebih baik seharusnya diambil wasit dengan mengizinkan perempuan muda itu bermain dan memberitahu setelah pertandingan bahwa lain kali dia perlu mengirimkan surat.”
Aturan ‘kuno’
NFSH memberikan panduan khusus tentang seragam. “Pemain harus memiliki izin dari asosiasi negara untuk mengenakan jilbab atau jenis barang lain karena alasan agama atau hal itu akan dilarang,” menurut Buku Kasus Bola Voli NFSH.
Niehoff mengatakan NFSH sedang mempersiapkan untuk memperkenalkan bahasa baru ke buku peraturan yang berkaitan dengan penutup kepala agama sehingga tidak lagi menjadi masalah di masa depan, kecuali jika menimbulkan bahaya bagi pemain atau atlet lain. Cameron Hill, direktur atletik di Valor Collegiate Academies, mengatakan kepada CNN bahwa sekolah tidak mengetahui aturan yang melarang Najah bermain, dan menggambarkannya sebagai “kuno dan menindas.”
“Kami ingin negara kami memperjelas bahwa perempuan Muslim tidak perlu mendapatkan izin untuk mengenakan penutup kepala agama mereka,” kata Hill. “Aturan ini diskriminatif dan tidak adil. Kami berdiri dalam solidaritas dengan semua akademisi dan keluarga kami dan kebebasan mereka untuk mengekspresikan agama mereka secara bebas dan terbuka.”
Hill mengatakan Valor Collegiate Academies telah menyusun tulisan yang akan mereka usulkan ke TSSAA dengan harapan mengeluarkan pengecualian untuk aturan tersebut.*