Hidayatullah.com — Presiden ‘Israel’ Isaac Herzog telah tiba di ibu kota Turkiye, Ankara, pada hari Rabu d alam sebuah upacara. Mendarat di Bandara Internasional Esenboga Ankara, Herzog disambut oleh Ibrahim Kalin, ajudan utama dan juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dalam perjalanan menuju kompleks kepresidenan Turkiye, Herzog berhenti sejenak untuk mengunjungi Anitkabir. Di makam Mustafa Kemal Ataturk itu, Herzog meletakkan karangan bunga.
Setibanya di kompleks kepresidenan, Herzog disambut oleh Presiden Erdogan, lansir Anadolu pada Rabu (09/03/2022). Selama kunjungan dua hari, Herzog diperkirakan akan bertemu dengan Erdogan untuk pembicaraan bilateral.
Erdogan dan Herzog akan mengadakan konferensi pers bersama setelah pertemuan antara delegasi kedua negara di kompleks presiden. Pada hari Kamis, Herzog akan bertemu dengan anggota komunitas Yahudi di Istanbul.
Menurut Erdogan pertemuan akan membahas bekerja sama membawa gas alam Israel ke Eropa dan menghidupkan kembali sebuah gagasan yang pertama kali dibahas lebih dari 20 tahun yang lalu. Kepala perusahaan Israel yang memompa gas dari ladang raksasa di Mediterania Timur mengatakan, perusahaannya dapat memasok Turki jika menyediakan infrastruktur.
“Posisi kami selalu jelas. Jika Anda ingin bensin, bagus. Kami siap memberi. Anda membangun jaringan pipa untuk kami dan kami akan memasok gas,” ujar Yossi Abu, kepala eksekutif NewMed Energy pada konferensi investor dua pekan lalu.
Memburuk setelah Attaturk
Selama 98 tahun, Turki memiliki hubungan kokoh dengan Israel di bawah kendali Mustafa Kemal Ataturk, tokoh yang membelokkan Kekhalifahan Utsmani menjadi negara Turki sekuler tahun 1921-1924.
Di era Attaturk, Turki menjadi negara Muslim pertama mengakui Negara Zionis. Namun sejak tahun 2010, dibawah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, hubungan dengan Israel terus memanas, khususnya setelah Perang Gaza pertama, akhir tahun 2008 hingga bulan pertama tahun 2009.
Hubungan makin memburuk setelah kematian 10 warga sipil dalam serangan Israel di Kapal Mavi Marmara Turki tahun 2010. Kapal itu adalah bagian dari armada kemanusiaan yang mencoba menembus blokade Israel di Gaza yang terkepung dengan membawa bantuan ke wilayah yang diblokade.
Kepala intelijen militer Israel Mayor Jenderal Amos Yadlin mengatakan keretakan hubungan ini adalah hasil dari pemimpin baru Ankara yang dinilai berpaling dari sekularisme dan menuju Islami. Komentar Amos Yadlin ini disampaikan kepada komite parlemen.*
*