Hidayatullah.com—Fakta baru dalam peledakan di Bali. Ternyata, hampir seluruh mayat yang bergelimpangan di bagian ruang dan halaman Paddy’s Irish Pub di Jalan Legian Kuta akibat ledakan bom 12 Oktober lalu, dalam keadaan tanpa busana. Fakta itu, terekam dari hasil bidikan kamera tangan (handycam) milik Feisol H Hashim, pemilik Alam KulKul Butik Resort Kuta, yang dipertontonkan kepada Antara di rumahnya, di Nusa Dua, Kamis. “Saya baru pulang dari Australia untuk menenangkan diri dan sambil berdialog dengan warga serta pelaku pariwisata di sana. Kini saya sudah rada tenang, makanya mau memperlihatkan rekaman ini kepada anda,” ungkapnya. Feisol yang juga Ketua Bidang Pemasaran dan Hubungan Internasional Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), menyebutkan, saat kejadian dirinya berada di tempat usahanya Alam KulKul yang menghadap pantai Kuta dan hanya beberapa ratus meter saja dari lokasi kejadian (TKP) di Legian. Dalam rekaman gambar hasil bidikan Feisol, tampak jelas kondisi mayat di Paddy’s Pub, yang nyaris semuanya tanpa busana, dan posisinya juga ‘aneh’ seperti sedang berangkulan, terpenung dengan tangan menganjal dagu, terlentang dengan tangan terbuka hingga tekungkup, yang semuanya kaku. “Yang saya tahu semuanya kaku dan bugil dengan posisi aneh, dan hanya ada satu mayat yang saat tanganya ditempatkan dalam posisi orang meninggal (sidakep, kedua tangan di posisi antara dada dan perut),” tuturnya.
Praktisi dan pelaku pariwisata ini mengemukakan bahwa dirinya berada di lokasi sejak beberapa saat setelah bom meledak, Sabtu tengah malam hingga Minggu dini sekitar pukul 03.30 Wita. Sehingga tampak jelas visual “horor” hasil bidikan, beberapa bagian anggota tubuh korban yang berserakan hingga satu potongan tangan menancap di pagar Paddy’s. Drama menyeramkan yang sudah Faisol edit menjadi film dokumenter berdurasi 20 menit tersebut, pernah ditawar oleh stasiun TV Metro seharga Rp30 juta dan TV dari Australia Channel Nine/Sembilan, senilai 15 ribu dolar AS. “Gila apa, penderitaan orang lain dan bencana kemanusia seperti ini saya jual.
Masa saya tega menjualnya. Saya tolak penawaran dua TV swasta tersebut,” katanya, menegaskan. Melihat tragedi itu secara langsung dan berhasil mengabadikannya dengan ‘handycam’, ia sendiri merasa heran dan bertanya, apakah mungkin pelakunya orang seperti Amrozi yang membeli bahan kimia di sebuah toko di Jalan Tidar Surabaya? “Ya entahlah, saya berharap pelaku atau dalang sesungguhnya segera berhasil diungkap dan ditangkap kepolisian. Karena, wisman akan kembali berlibur ke Bali kalau jaminan keamanan serta kenyamanan tercipta,” demikian Feisol Hashim. Ahli bom dan investigator independen di Australia, Joe Vialls, dalam situsnya pernah mengungkapkan, korban kejang dan tewas beberapa menit apabila partikel alfa dari mikronuklir terhirup. Vialls juga mengatakan bahwa tanda-tanda aneh pada korban bom Bali pernah diungkapkan oleh ahli forensik Australia. ”Mereka menyatakan ada indikasi bahwa korban-korban itu tewas akibat efek bom yang nonkonvensional,” jelas Vialls. Namun, menanggapi temuan Feisol itu, Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Edward Aritonang, kepada Republika mengatakan bahwa kondisi korban itu wajar saja.
”Bisa saja waktu bom meledak, para pengunjung ketika itu tanpa memakai busana karena di tempat itu sebelumnya sebagai tempat bebas,” tegasnya. Menurutnya, hasil rekaman itu belum bisa dijadikan alat bukti. Sehari sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam mendesak Polri mengusut dan mengklarifikasi fakta maupun indikasi tentang keterlibatan pihak asing, baik intelijen maupun nonintelijen. MUI dan ormas Islam menilai pengungkapan kasus itu belum komprehensif dilakukan, terutama menyangkut isu keterlibatan pihak asing. ”Dengan demikian tidak cukup bagi pemerintah atau Polri untuk berhenti pada orang-orang yang disangka melakukan aksi tersebut,” kata Sekretaris Umum MUI, Din Syamsudin. (ant/Rep/cha)