Hidayatullah.com–Unjukrasa anti AS terus meluas di Korea Selatan (Korsel). Sejumlah bom Molotov dilemparkan ke satu pangkalan militer AS di Korsel, Kamis (28/11), di tengah kemarahan yang sangat besar atas pembebasan terhadap dua tentara AS yang dituduh membunuh dua anak perempuan murid sekolah dalam suatu kecelakaan lalu lintas. Polisi meningkatkan keamanan di sekitar Kedutaan Besar AS di Seoul dan sejumlah instalasi lain Amerika di seluruh negeri itu setelah aksi-aksi protes anti-AS yang ditingkahi dengan pemaksaan masuk para pengunjukrasa ke satu pangkalan militer Amerika dan membombardir satu fasilitas lain baru-baru ini. Kamis pagi, dua bom Molotov dilemparkan melewati tembok Kamp Page di kota Chuncheon, bagian timur Korsel, kata polisi lokal kepada AFP melalui telepon. “Kedua bom Molotov itu jatuh di halaman dalam setelah berhasil melewati tembok yang tinggi tetapi kedua bom itu hanya menimbulkan kerusakan kecil. Tidak ada korban cedera,” ujar seorang perwira polisi setempat. “Dua bom Molotov lain jatuh di kebun bunga di luar tembok itu dan kami menemukan reruntuhan yang terbakar. Saat kami tiba di sana, para penyerang itu telah benar-benar pergi.” Kantor berita resmi Korsel, Yonhap, melaporkan bahwa bom-bom Molotov diduga dilemparkan oleh para pelajar yang melaju kencang dengan mobil melewati pangkalan itu. Senin sebelumnya, kira-kira 20 pelajar melemparkan 10 bom Molotov melalui pintu gerbang utama Kamp Grey, satu pos pendukung kecil AS di bagian barat-daya Seoul. Seorang pelajar ditangkap menyusul serangan itu. Sejumlah restoran dan tempat hiburan di ibukota Korea Selatan menolak melayani orang Amerika menyusul pembebasan dua tentara AS dalam kasus pembunuhan dua anak perempuan Korsel dalam kecelakaan di jalan. Restoran Tolak Orang AS Gerakan anti AS juga terjadi di tempat-tempat hiburan dan restoran. Beberapa rumah makan dikabarkan menolak mentah-mentah setiap warga AS. “Orang Amerika tidak diterima di sini,” demikian bunyi tulisan yang ditempelkan di pintu kaca dan jendela besar Zeno, satu restoran yang menyajikan spageti dan tulang iga panggang di dekat City Hall. “Aku tidak sudi memberi setetes air pun kepada orang Amerika,” kata Lee Chang-yong, pemilik restoran itu, Kamis (28/11) Sikap Lee itu menggambarkan sentimen anti-Amerika yang semakin kuat di Korsel, salah satu sekutu terdekat AS di mana ribuan tentara AS ditempatkan di sana. Meski kebanyakan warga Korsel mentolerir atau mendukung kehadiran pasukan AS di daratan Korsel sebagai penghadang terhadap Korea Utara, banyak yang menganggap hubungan tersebut tidak adil dan hanya menguntungkan AS. “Keputusan itu (pembebasan tentara AS) menunjukkan bahwa orang Amerika tidak memperlakukan orang Korsel sebagai manusia,” kata Choi Jin-suk, seorang agen perjalanan yang mengatakan ke dua tentara AS itu seharusnya diadili pengadilan Korsel. Para pekerja di Zeno menentang poster anti AS itu, namun pimpinan mereka bersikeras meski sekitar 10 persen pelanggannya adalah warga Amerika dan warga asing lain. “Uang tidak masalah,” kata Lee. “Insiden itu sungguh-sungguh melukai harga diri bangsa kami.” Meski begitu, beberapa makanan produk Amerika, seperti Coca Cola dan Miller Light, masih dipampang di menu.(ap/wpd/cha)