Ribuan massa dari Forum Komunikasi Masyarakat Antipornografi dan Pornoaksi (FKMAPP), Selasa (13/5), mendatangi kantor stasiun televisi SCTV dan Trans TV. Mereka menuntut dua stasiun televisi swasta itu membatasi siaran yang mengandung unsur pornografi. Sejak pagi, massa mulai berkumpul di Lapangan Parkir Timur, Gelora Bung Karno. Se-kitar pukul 09.00 WIB, massa kemudian ber-gerak menuju kantor SCTV di Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan (Jaksel) dan kemudian menuju Trans TV di Jl Tendean, Jaksel. Aksi yang dilakukan oleh sebagian besar ibu-ibu majelis taklim itu memprotes penayangan penyanyi erotis xxx (asal Pasuruan Jawa Timur) dan mengecam penayangan acara-acara yang mereka nilai mengandung unsur pornografi dan pornoaksi di stasiun televisi tersebut. “Jangan racuni anak kami dengan pornografi. Karena itu, kita memprotes acara di dua televisi itu,” kata Opie, salah seorang demonstran. Menurut Opie, kedatangan massa FKMAPP berkaitan dengan penayangan artis dangdut Inul Daratista di dua televisi tersebut. Di SCTV, sekitar 40 perwakilan FKMAPP diterima Alex Kumara, Tomy Setiantono, dan Budi Darmawan. Para demonstran juga membawa spanduk yang berbunyi jangan racuni anak kami dengan pornografi. Sedang di Trans TV, FKMAPP diterima langsung oleh Direktur Utama, Ishadi S.K., dan Riza Primadi. Kepada pengelola dua televisi itu, wakil FKMAPP meminta agar mereka menghilangkan siaran yang bersifat erotis, sensual dan yang menonjolkan aurat. Pendemo mengecam tindakan SCTV dan Trans TV yang sering menampilkan acara-acara berbau erotisme dan pornografi. Menurut mereka dua stasiun televisi ini paling kerap menampilkan berbagai acara dan hiburan yang serupa. Demonstran meminta kesadaran pengelola televisi untuk tidak menayangkan goyang ngebor Inul, demi kebaikan bersama. Dikatakannya, kedatangan mereka di dua stasiun televisi tersebut untuk menuntut agar media massa menerapkan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi Sebelumnya, Rhoma Irama bersama sejumlah fungsionaris partai politik dan organisasi masyarakat Islam menggelar tablig akbar menentang pornografi yang digelar di Jakarta, Minggu (11/5) siang. Tablig akbar ini digelar mengingat gencarnya perdebatan mengenai aksi goyang ngebor Inul Daratista. Pada kesempatan ini, Rhoma, tokoh parpol dan ormas Islam sepakat Inul hanyalah korban dari budaya duniawi. Untuk itu, mereka mengimbau masyarakat lebih selektif memilih hiburan. Selain itu, mereka juga meminta para eksekutif dan legislatif lebih tegas membuat aturan mengenai pornografi. Di Lampung, sejumlah ormas kepemudaan dan Islam mengeluarkan kritiknya kepada PT Pos Indonesia yang berencana menerbitkan peangko gambar salah satu penyanyi dangdut erotis. Rencana tersebut merupakan pengkultusan sosok yang secara moral menjadi kontroversial bagi masyarakat Indonesia, ujar aktivis Gerakan Muda Islam (Gemuis), Imam Asrofi Al-Farisyi. Masyarakat harus terus menekan televisi dan lembaga legislatif agar erotisme dan pornografi tidak secara mudah dijadikan komoditi televisi untuk mengeruk kekayaan pribadi. (sk/jp/rep/cha)