Pejabat perusahaan Vinnell Corporation yang turut rusak dalam serangan di Riyadh Senin lalu, dikabarkan sebagai sebuah perusahaan milik Agen Intelejen Amerika (CIA) guna melatih para agennya.
Koran Inggris, The Times melaporkan perusahaan itu juga pernah dikaitkan dengan percobaan menggulingkan perdana menteri negara Komanwel. Naum kebanyakan orang di Royadh tak banyak mengetahui kegiatan mereka. Walau selama tak kurang delapan tahun kegiatan mereka mengelabui banyak orang awam.
Kabarnya, serangan di Riyahd ini adalah serangan yang kedua atas perusahan itu. Dalam serangan tahun 1995, tujuh orang mati terbunuh.
Pengarang buku The Iron Triangle, Dan Briody yang pernah mengkaji salah sebuah pemilik Vinnell, Carlyle Group, menyatakan lembaga itu tidak pernah mengeluarkan kenyataan berita ataupun publikasi.
The Iron Triangle yang disiarkan secara berseri oleh Times sejak minggu lalu dalam tulisannya, menyatakan, tidak banyak orang tau siapa sesungguhnya pemilik perusahaan tersebut.
Yang jelas, Vinnell telah beroperasi di Arab Saudi sejak 30 tahun lalu dengan mendapat kontrak untuk melatih rakyat Saudi untuk menjaga ladang minyak. Kongres pernah memutuskan, perusahaan itu tidak akan memasukkan pasal berkaitan Yahudi dalam perjanjian dengan Riyadh.
Menurut Times, pada Perang Teluk 1991, petugas Vinnell dikabarkan ikut berjuang bersama tentera Saudi.
Perusahaan ini jug turut membantu Saudi membina pasukan Pengawal Negara dengan jumlah 70 ribu orang.
Pada awal tahun 80-an, majalah Time melaporkan dua petugas perusahaan itu dikenakan tindakan pemecatan setelah gagal dalam percobaan menggulingkan Perdana Menteri Grenada, Maurice Bishop, yang berhaluan kiri.
Arab Saudi adalah salah satu negara berpenduduk muslim yang telah ikut bersekutu dengan penjajah Amerika Serikat. Bom yang baru saja meledak, bisa jadi bentuk perlawan rakyat Saudi terhadap keputusan pemerintahnya yang banyak mendukung Amerika Serikat.