Hidayatullah.com–Ungkapan ini disampaikan oleh pengamat politik asal Universitas Bengkulu (Unib), Amirizal. Menurut Amirizal, polling-polling yang dilakukan kalangan LSM dapat mempengaruhi rakyat dalam melakukan hak pilihnya. “Menurut saya, polling dapat mempengaruhi pilihan masyarakat hingga 50 persen,” kata Amirizal di Bengkulu, Sabtu lalu. Dia menjelaskan bahwa polling mempunyai pengaruh besar terhadap pencitraan seorang figur capres, dan secara emosional telah memisahkan rakyat dengan capres pilihannya serta partainya. Polling, tambah dia, secara tidak langsung telah membentuk image bahwa capres tertentu merupakan figur populis dan diterima masyarakat banyak. Ini dia contohkan dari fakta bahwa hasil polling yang memenangkan figur tertentu belakangan mendapat dukungan terbanyak. Dia lantas menjelaskan, hasil polling yang dikeluarkan sebelum pemilu dengan memposisikan satu figur tertentu sebagai mendapat dukungan terbanyak, ternyata dari hasil penghitungan sementara saat ini menjadi kenyataan. Ini, tambah dia, artinya masyarakat terpengaruhi oleh pencitraan opini lewat polling tersebut. “Yang menjadi pertanyaan sekarang, siapa yang membiayai, mendesain polling dan untuk apa hal itu dilakukan,” katanya. Jika diperhatikan, dia meneruskan, hampir semua polling dibiayai oleh pihak asing, dan ini menunjukkan bahwa komptensi asing mencampuri pemilu di Indonesia sangat tinggi sehingga penyelenggara poling tidak independen lagi. Hal itu, lanjut dia, diperkuat lagi dari para pengamat asing yang dihadirkan oleh lembaga polling, misalnya yang berasal Ohio University yakni Wiliam Leadle, yang notabene merupakan gurunya para pelaksana polling di Indonesia. “Secara akademis, ketika membahas muatan politik mereka setara dengan para penyelenggara polling yang juga para pengamat politik dalam negeri, tapi ketika memberi rekomendasi atau mempublikasikan hasil polling sudah diwarnai hubungan emosional guru dan murid serta kepentingan sponsor,” katanya. Lebih lanjut dia menjelaskan, sebenarnya bukan hanya penyelenggara poling yang mendapat kucuran dana dari pihak asing, tapi juga lembaga pelaksana pemilu seperti KPU dan Panwaslu serta jaringan pemanatau pemilu yang dapat bagian dana tersebut sehingga pelaksanaan pemilu sarat degnan politik asing. Menurutnya, pihak asing mempunyai kepentingan dengan figur yang akan memipin Indonesia ke depan, karena negara ini sangat besar dan mempunyai peran strategis di semua bidang. Sebagaimana diketahui beberapa minggu sebelum pelaksanaan Pemilu pilpres beberapa LSM sibuk melakukan polling yang isinya tak jauh dari dukungan pada salah seorang calon presiden. Seorang Indonesianis dari Universitas Ohio, Wiliam Leadle dalam berbagai kesempatan di media massa dan TV cenderung mendukung salah satu capres dan meragukan capres lain. Pernyataan-pernyataannya inilah yang ditengarai berbagai pihak sebagai propaganda tersembunyi berkedok penilitian ilmiah bernama polling. (Ant/cha)