Senin, 31 Oktober 2005
Hidayatullah.com–Maklumat tersebut disampaikan oleh Sekretaris PP Muhammadiyah Goodwill Zubir yang didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Sabtu.
Maklumat ini berdasarkan perhitungan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani dan dilakukan Muhammadiyah.
Menurut Goodwill, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah menyatakan bahwa ijtima (konjungsi antara matahari-bulan dan bumi pada posisi satu garis) menjelang Syawal 1426 H terjadi pada Rabu, 2 November 2005 pukul 08:25:39 WIB.
Ketika itu, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta mencapai 3 derajat 05 menit dan 25 detik sehingga hilal (bulan baru) sudah terwujud.
"Posisi bulan di seluruh Indonesia pada saat terbenam matahari juga sudah berada di atas ufuk, sehingga Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Kamis, 3 November 2005," kata Goodwill.
Mengenai penetapan 1 Syawal tersebut, Din Syamsuddin mengatakan, Muhammadiyah menggunakan pendekatan hisab hakiki dan wujudul hilal. "Dengan perhitungan hisab hakiki, datangnya awal bulan dapat dihitung berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini ilmu falak," katanya.
Sedangkan wujudul hilal, jika sudah terjadi ijtima maka apabila hilal (bulan baru) sudah wujud, berapa pun ketinggiannya maka sudah masuk pada bulan berikut.
Din mengatakan, memang ada pandangan lain yakni metode ru`yah dengan melihat hilal. Biasanya pada ketinggian minimal 3 derajat, hilal baru bisa dilihat. Kalau tidak bisa dilihat maka jumlah hari pada bulan itu disempurnakan menjadi 30 hari.
"Ini persoalan serius, ini soal ibadah, bukan main-main atau terkait urusan politis. Memang banyak yang menginginkan agar penetapan 1 Syawal disatukan agar tidak ada perbedaan, tetapi bagi Muhammadiyah ini belum bisa, karena ini menyangkut masalah keyakinan," kata Din.
Meski demikian, untuk tahun ini Din memperkirakan tidak akan ada perbedaan penetapan 1 Syawal dengan pemerintah atau ormas Islam lainnya.
"Tetapi kalau ada beda pendapat, maka tidak perlu dibesar-besarkanlah, apalagi sampai menimbulkan perpecahan dan konflik. Ini kan masalah khilafiyah," katanya. (Ant)