Hidayatullah.com–Pemberian vaksin dan imunisasi yang selama ini telah berlangsung, seyogyanya perlu diteliti dan dikaji ulang.Efektivitas dari penggunaan vaksin dan imunisasi juga belum terbukti secara masal mampu membuat tubuh kebal terhadap serangan penyakit.
Hal ini terungkap dalam seminar ”Imunisasi: Dampak, Konspirasi dan Sehat Ala Rasulullah” Sabtu (8/4) di kampus Unisba Bandung. Dalam paparannya, Hj. Ummu Salamah, SH,Hajjam mengatakan bahwa fakta-fakta buruk di lapangan terhadap efek samping pemberian imunisasi maupun vaksinasi perlu segera dicari tahu penyebabnya. Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjelaskan secara ilmiah fakta tersebut.
“Coba renungkan dengan seksama, jamaah haji, calon pengantin wanita, ibu hamil, bayi dan anak-anak tidak berdosa dan dalam kondisi sehat, harus diberi virus-virus itu dengan maksud agar mereka menjadi kebal terhadap penyakit. Faktanya, dalam praktik di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, bahkan orang dewasa, akibat dari penanaman virus-virus tersebut,” ungkap penulis buku ”Imunisasi Dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat Ala Rasulullah” ini.
Ummu Salamah sendiri pernah mengalami dampak pemberian vaksin tersebut. Menurut pengakuannya, 30 menit setelah dipaksa vaksin meningitis, dirinya mengalami kejang dan kelumpuhan. Hal tersebut juga diperkuat pengakuan beberapa pasien yang mengalami hal serupa.
”Masih banyak orang yang mengalami dampak buruk dari pemberian vaksin. Mungkin mereka tidak merasa atau tidak sadar dan enggan mengungkapkan. Dengan fakta tersebut masihkah kita menutup mata dan acuh saja.Harusnya kita mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan,”imbuh Ketua Pondok Sehat An Nabawiyah Jakarta ini.
Salamah juga banyak membaca berita,sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem metabolisme, dan gangguan lain, sebagaimana tertulis pada jurnal-jurnal kesehatan
Senada dengan Salamah, DR. Tauhid Nur Azhar, M.Kes menyatakan, sudah banyak bukti memperlihatkan bahwa vaksinasi pada anak-anak balita yang dilakukan hampir dua belas kali dengan vaksin yang berbeda ketika sistem sedang berkembang, menyebabkan gangguan imun yang kronis.
Dosen Fakultas Kedokteran Unisba ini juga menambahkan, untuk memperkuat sistem imun maka menghindari obat-obatan dan mengurangi konsumsi antibiotik adalah cara terbaik.
“Tubuh memerlukan bakteri umum untuk mengenal kuman baru.Produk antibakteri hanya membuat bakteri menjadi kebal,” imbuh doktor imunologi ini.
Untuk itu Salamah menganjurkan umat muslim kembali mempratikan imunisasi ala Rasulullah dan meninggalkan imunisasi konvensional tersebut.Selain diragukan kehalalannya, vaksinasi juga tidak menyehatkan dan tidak memberi efek positif pada tubuh.
Masih Efektif
Sementara pandangan agak berbeda disampaikan Suwendar, S.Si., M.Si, Apt. Menurutnya, pemberian vaksin dan imunisasi masih efektif sepanjang dilakukan dengan tepat dan benar.
“Selama hal tersebut dilakukan dengan benar dan tubuh dalam kondisi prima, tidak masalah. Adanya dampak negatif tersebut bisa diakibatkan saat pemberian mungkin tubuh dalam keadaan tidak sehat, sehingga sistem imun tidak maksimal,” jelas Dosen Jurusan Farmasi Unisba ini.
Ia mencontohkan kasus meninggalnya bayi setelah diimunisasi, setelah divisum ternyata kondisi bayi tidak sehat sebelumnya.
“Jadi yang salah bukan vaksinnya, mungkin waktunya yang tidak tepat. Ini mungkin petugas hanya mengejar target saat PIN sehingga tidak tahu dalam kondisi bagaimana bayi tersebut saat divaksin. Atau orang tua sendiri yang tidak tahu,” sambung pakar Toksikologi tersebut.
Namun Salamah kurang setuju jika vaksin atau imunisasi diberikan pada tubuh yang sehat.
“Kalau tubuh kita sudah sehat ya tidak perlu divaksin. Kita tinggal mengaktifkan sistem imun dalam tubuh kita,” imbuh praktisi Thibbun Nabawi ini.
Di sisi lain keduanya sepakat bahwa pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemberian dan menyediakan makanan bergizi serta terjangkau, sehingga jika pemenuhan akan kebutuhan gizi dan kualitas makanan terpenuhi, maka masyarakat akan sehat dengan sendirinya.
“Jika masyarakat sendiri tidak sehat, misalnya gizi yang buruk, maka pemberian vaksin pun akan sia-sia dan tidak berefek menyehatkan,” sambung Suwendar.
Namun Salamah kembali menegaskan, terjadinya banyak penyakit di tengah masyarakat sekarang ini akibat tidak dilaksanakan aturan Allah SWT di dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Untuk memperbaiki suatu kondisi yang terjadi di masyarakat ini, tentu kita harus memahami akar permasalahannya.
“Islam telah memberikan konsep dan solusi kesehatan pada masyarakat yang berkualitas, dalam tatanan kehidupan yang sudah diatur dan dijamin oleh Allah SWT. Jangan cari solusi dan konsep di luar Islam,” ajaknya .
Sementara Suwendar mengajak umat Islam untuk memandang konsep pengobatan secara komprehensif. Jangan hanya karena meletakkan harapan yang begitu besar kepada metoda pengobatan tradisional (Thibbun Nabawi), sehingga metoda pengobatan modern dilupakan begitu saja. Padahal kedokteran modern pun dirintis oleh dokter-dokter muslim semisal Ibnu Sina.
”Terkadang pengobatan tradisional yang tidak tepat guna hanya akan menunda proses pengobatan yang lebih optimal, sehingga alih-alih sembuh, justru membuat penyakit semakin memburuk dan terlambat ditangani, contoh kasus penderita kanker di Bandung tahun 2007,” jelasnya. [man/hidayatullah.com]