Hidayatullah.com—Diskusi bertajuk “Merajut Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pluralitas Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia” mendapat tanggapan dari peneliti Syiah asal Surabaya, Habib Achmad Zein Alkaf. Dalam pernyataanya yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com, Rabu (16/3), penulis buku-buku Syi’ah ini mengatakan, diskusi yang bertempat di kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jl. Proklamasi Jakarta Pusat, Senin (14/3) itu kental dengan nuansa membela Syi’ah.
“Menanggapi hasil seminar “membela Syiah” yang diadakan di Jakarta pada hari Senin, dengan nara sumber Dr Azyumardi, Dr Agil Siraj dan Dr Quraisy Syihab, membuktikan kelihaian dan kepandaian tokoh tokoh Syiah internasional melobi dan ‘memberangus’ ketiga nara sumber,” ujarnya via email ke redaksi.
Zein Alkaf yang tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini mengaku kecewa dengan pernyataan ketiga nara sumber karena secara tak sadar akibat dari pernyataan dan komentarnya itu justru akan bedampak pada konflik layaknya terjadi di Iraq dan di Timur Tengah.
“Mereka tidak sadar dan tidak memikirkan bahwa akibat dari komentar-komentar mereka itu bisa mempercepat apa yang terjadi di Iraq dan di negara negara Timur Tengah lainnya yaitu saling bunuh antara Ahlussunnah dengan Syiah, “ tambahnya.
Ia menambahkan, peryataan para nara sumber itu hanya akan menambah luka pihak lain khususnya ahlusunnah.
Sebagaimana diketahui, Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Senin (14/3) menggelar diskusi bertema “Merajut Ukhuwah Islamiyah Di Tengah Pluralitas Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia”. Diskusi bertempat di kantor Pusat MUI Jl. Proklamasi Jakarta Pusat digelar menghadirkan Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Aqiel Siradj, Dr.Qureisy Shihab dan Dr. Khalid Walid.
Dalam acara itu, Prof. Dr Azyumardi Azra dalam paparan berjudul “Realitas Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia dan Tantangannya dari Masa ke Masa” mengatakan, belakangan ini muncul gerakan transnasional yang mudah mengkafirkan dan mengecam pandangan yang berbeda. Lebih lanjut, ia juga mengatakan rasa khawatirnya Syiah akan menjadi sasaran setelah Ahmadiyah.
“Padahal Syiah adalah sahabat kita. Saya sangat menyesalkan pelarangan Syiah yang terjadi di Malaysia,” ujar Azyumardi dikutip Radio Iran berbasa Indonesia, IRIB. Dalam situs itu juga disebut, jika ia (Azyumardi) menyatakan dirinya sebagai simpatisan Syiah.
Sementara itu, Dr. Qureisy Shihab dalam paparannya bertema, “Membangun Visi Bersama Umat Islam Indonesia” mengatakan, perbedaan adalah keniscayaan karena perbedaan dalam Islam adalah hal yang alami.
“Perbedaan antar-mazhab hanyalah pada tingkat ushul mazhab dan furu’u dien semata (baca: prinsip mazhab bukan agama).” Menurut Prof Qureisy Shihab, hal tersebut hampir ditemukan pada seluruh mazhab atau aliran dalam Islam, baik Mu’tazilah, bahkan Wahabiyah.
Dalam penjelasannya, Qureisy Shihab juga menjelaskan, “Syiah memiliki ushul mazhab imamah atau kepemimpinan. Karena hal tersebut merupakan ushul mazhab, maka mereka yang tidak menerima Imamah tidaklah berarti kafir,” tambah Qureisy Shihab. Ia bahkan menyayangkan kelompok-kelompok yang sering mengkafirkan kelompok lain yang dinilainya karena kedangkalan pengetahuan.
Di penghujung acara, Dr. Khalid Walid alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, Iran yang juga penggagas acara tersebut menyatakan bahwa acara seperti ini harus terus digalakkan demi persatuan umat dan kesatuan bangsa Indonesia di Nusantara.
Diskusi dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan akademisi dan wakil ormas-ormas Islam termasuk organisasi Ahlul Bait Indonesia (ABI).
Menurut Zein yang juga penulis buku “Export Revolusi Syiah ke Indonesia” ini mengatakan, seharunya para tokoh agama dan pemerintah bisa mengambil pelajaran kasus sebelumnya. Baik di beberapa negara Timur Tengah atau yang baru saja terjadi di Pasuruan bulan Februari lalu.
Ia juga menasehati para nara sumber yang hadir dalam acara itu serta menyarankan pada tokoh Islam untuk meniru ulama-ulama Malaysia, Brunai Darussalam dan beberapa negara di Timur Tengah dalam menangani kasus Syiah.
“Mereka lebih sayang kepada bangsanya dan ummatnya, meskipun sudah dapat iming-iming dengan segala macam. Dan semua itu membuktikan tingkat iman yang tinggi, “ ujarnya.*
Keterangan foto:
1. Seminar “Merajut Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pluralitas”/irib
2. Peneliti dan penulis buku-buku Syiah, Habib Zein Alkaff