Hidayatullah.com–Tradisi ziarah kubur di tengah masyarakat Indonesia telah berurat akar. Namun, beberapa kasus ditemukan tradisi tersebut dijadikan alat untuk meraup kepentingan materi kelompok tertentu.
Hal ini terungkap dalam bedah buku bertajuk “Kasus Mbah Priok, Studi Bayani wa Tahqiq Terhadap Masalah Makam Eks TPU Dobo” , yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) di Gedung PBNU jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Senin (23/5). Buku setebal 174 halaman itu merupakan hasil penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta.
“Di Indonesia, ziarah makam keramat merupakan tradisi yang sudah lama dan tua. Dalam kasus makam Mbah Priok ini telah terjadi manipulasi sejarah. Seakan-akan makam Mbah Priok itu keramat,” kata JJ Rizal, Sejarawan Universitas Indonesia (UI) yang menjadi salah seorang dalam acara tersebut.
Rizal mencontohkan manipulasi tanggal lahir dan soal asal muasal penamaan Tanjung Priok. Ahli waris mengklaim jika Mbah Priok, yang bernama asli Habib Hasan Al Haddad, adalah sosok yang memiliki kaitan dengan penamaan Tanjung Priok.
“Nama Tanjung Priok sudah ada sejak tahun 1800-an. Mbah Priok meninggal tahun 1927, dan bukan 1756,” kata Rizal.
Dalam buku itu pernyataan Rizal juga dipertegas oleh Budayawan Betawi, Ridwan Saidi. Menurut Ridwan, kata “Priok” berasal dari keberadaan Aki Tirem, penghulu daerah Warakas yang terkenal sebagai pengrajin periuk nasi. Sedangkan “Tanjung” merujuk pada kontur tanah yang menjorok ke laut.
Lebih lanjut Rizal mengungkapkan jika Mbah Priok itu bukanlah penyiar ajaran Islam di tanah Betawi. Menurutnya, tahun1927 Mbah Priok berlayar ke Jakarta. Kedatangannya ke Jakarta adalah untuk berziarah ke makam kramat Luar Batang.
Tetapi, kata Rizal, sebelum kapal yang ditumpanginya melepas jangkar di Tanjung Priok, Mbah Priok meninggal dunia.
Sementara itu pembicara lain, Zaki Mubarok, Ketua Pimpinan Pusat LDNU, mengatakan jika dangkalnya pemahaman akidah masyarakat menjadi salah satu sebab adanya oknum-oknum yang memanfaatkan.
Dalam kasus makam Mbah Priok misalnya, ada ratusan remaja dan pemuda yang mengatasnamakan pasukan berani mati siap membela Mbah Priok.
Ada juga sebagian peziarah makam Mbah Priok yang meyakini bahwa membersihkan makam setiap hari bisa mendatangkan pahala.
Tak hanya itu, Zaki juga menyoroti tentang pengajian rutin yang kerap diselenggarakan di makam Mbah Priok. Setiap Kamis malam Jum’at ada pengajian yang dipimpin oleh Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Alaydrus dan diikuti oleh jama’ah yang banyak.
Namun yang menjadi persoalan adalah dari sisi pengaturan jalan dan tempat parkir kendaraan, kegiatan tersebut seringkali membuat lalu-lintas menjadi macet. Pada waktu acara akan dimulai dan ketika pembacaan rawi (riwayat Nabi) telah sampai pada mahallul qiyam, biasanya mereka menyulut petasan dan kembang api.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Ziarah kubur itu boleh dan sunnah, yang tidak boleh meminta sama kuburan. Ngaji itu bagus, tapi kalau bikin macet jalanan, itu yang tidak bagus,” begitu ungkap Zakky.
Selain JJ Rizal dan Zaki Mubarak, pembicara lain yang hadir adalah Robi Nurhadi, Koordinator Tim Sosial Pengkaji Kasus Mbah Priok.
Sengketa makam Mbah Priok yang melibatkan ahli waris dengan pengelola pelabuhan Tanjung Priok (Pelindo) memang sudah berlangsung lama. Persoalan ini mengakibatkan terrjadinya bentrokan warga dengan aparat Satpol PP pada 14 April 2010. Sedikitnya tiga anggota Satpol PP tewas dan puluhan warga luka-luka.
Dengan kata lain, Mbhak Priok tak ada kaitan dengan penamaan Tanjung Priok.*