Hidayatukkah.com–Pemeriksaan terhadap Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Polres Blitar, disayangkan oleh anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar. Menurut Aboe, hal ini menimbulkan tanya bagi masyarakat.
“Pihak Mabes sudah menjelaskan bahwa pemeriksaan Mas Anas di Blitar sah-sah saja, namun hal ini menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi masyarakat. Kenapa pemeriksaan harus dilakukan di sana? Bukankah selama ini aktifitas beliau di Jakarta? Laporanpun di buat di Jakarta?”, papar anggota Komisi Hukum tersebut.
Aboe mengingatkan bahwa masyarakat masih sensitif dengan berbagai informasi yang berkaitan dengan Anas Urbaningrum, seharusnya Polri menyadari hal ini.
“Nama beliau kan disebut-sebut Nazarrudin, jadi segala sesuatu berkaitan dengan beliau pasti menjadi perhatian publik. Saya tidak mau berspekulasi lebih jauh, cuman sayang kalo hal ini menimbulkan tanya atas independensi Polri,” terang legislator dari PKS tersebut.
Lebih lanjut Aboe membandingkan pemeriksaan anas dengan penanganan laporan Mahfud MD tentang surat Palsu MK.
“Masyarakat masih ingat gimana laporan Ketua MK tentang surat palsu MK ditelantarkan, beliau harus bolak-balik ke Mabes Polri untuk membuat laporan yang sesuai standar Polri. Nah sekarang Mabes mengirim AKBP Beny Ganda beserta empat orang tim untuk memeriksa Anas di Blitar hanya untuk perkara pencemaran nama baik,” ungkap anggota panja mafia hukum tersebut.
Legislator PKS inipun menyatakan belum paham dengan pertanggungjawaban anggaran atas pemeriksaan tersebut.
“Saya bingung, gimana nanti kalo Kapolri ditanya: siapa sih Anas Urbaningrum?, kenapa laporan pencemaran nama baiknya sedemikian penting ?, sehingga Mabes Polri mengeluarkan anggaran khusus untuk mengirim tim ke Blitar?. Saya pun belum menemukan jawabannya,” papar Aboe lebih lanjut.
Ketika ditanya, bagaimana kalo anggaran tersebut disediakan oleh pihak Anas?, sebagai pihak yang telah meminta pemeriksaan di Blitar.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Wah kalo gitu kan tidak ada equality before the law, bahasa pasarannya hukum kita dapat dibeli. Gimana nanti kalo Nazarrudin minta diperiksa di Argentina dan dia sediakan semua akomodasi penyidik ?,” tegas Aboe.
Aboe berharap ada perbaikan atas profesionalisme dan independensi Polri, sehingga tidak ada ada kesan menjadi alat politik.
“Saya berharap para penegak hukum terus berbenah, mereka harus tetap menjadi agen keadilan. Jangan sampai terjadi pergeseran pro justicia menjadi pro politica,” tutup Aboe.*