Hidayatullah.com—Bangsa Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang kualitasnya tak kalah dengan Eropa. Hanya sayang, kualitas mereka tak tersalurkan di negeri sendiri.
Pernyataan ini disampaikan mantan Ketua Ikatan Cendekian Muslim Indonesia (ICMI) Prof Dr. Ing. Baharuddin Jusuf Habibie dalam sebuah kuliah umum hari Sabtu (30/07/2011) di Jerman.
Mantan presiden Indonesia yang dikenal dengan julukan ‘bapak teknologi’ tanah air itu memberikan kuliah umum di kota Aachen, Jerman. Ia berbicara banyak soal IPTEK, ekonomi, brain drain, dan kenangan masa mudanya di kota teknik Jerman, Aachen.
“Dari zaman saya di Eropa, isunya sama: brain drain. Tapi, realistis saja, bagaimana orang pintar mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada lapangan pekerjaan di sana,” kata B.J. Habibie dikutip Radio Nederland.
Kuliah umum ini digelar oleh Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Aachen, Jerman. Tujuan acara ini adalah mencari cara terbaik agar ilmuwan Indonesia di luar negeri bisa berkontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air.
Di depan publik Habibie dengan fasih ia membeberkan fakta. Ia membandingkan Uni Eropa dan ASEAN, dengan Jerman dan Indonesia sebagai macannya.
“Indonesia di ASEAN bisa dibandingkan dengan Jerman di Uni Eropa, karena dilihat dari kuantitas mereka sama-sama punya potensi terbesar.”
Antusiasme kalangan intelektual Indonesia terlihat di acara ini. Sekitar 470 mahasiswa di daratan Eropa menyempatkan diri datang ke Aachen, walaupun dengan motivasi beragam. Kebanyakan mengaku penasaran dan ingin ikut berkontribusi untuk negara tercinta.
Habibie sendiri terlihat segar, antusias dan – seperti biasa – penuh senyum. Ia memulai dua sesi kuliah umum dengan menceritakan pengalamannya berkuliah di Aachen pada tahun 50-an.
Ketika panitia mengisyaratkan bahwa waktu yang diberikan terbatas, kakek yang pandai melucu ini berseloroh, “Kekurangan saya memang itu: tidak bisa berhenti kalau sudah ngomong.”
Pada sesi tanya-jawab, seorang mahasiswi sempat mempertanyakan, bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk semua anak Indonesia. “Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam. Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan otak manusianya,” ujar Habibie menanggapi.
Habibie juga menolak pernyataan yang mengatakan orang Indonesia di luar negeri tak memiliki nasionalisme.
“Bohong itu kalau bilang, orang Indonesia yang di luar negeri are lost people yang nggak punya nasionalisme.”
Menurutnya, pilihan yang realisitis untuk (sementara) bertahan di luar negeri — apalagi untuk para ilmuwan — mengingat kondisi dalam negeri tidak mendukung mereka melakukan riset atau mengembangkan keahlian.
“Tapi saya yakin, jika ada kesempatan, tak ada orang Indonesia yang tidak ingin berbakti pada tanah air,” katanya. “Nggak masalah kalau sekarang mereka ingin ‘mencari bekal’ dulu di luar negeri.” *