Hidayatullah.com — Mahasiswa jurusan ekonomi dituntut harus mengerti bagaimana konsep ekonomi Nabi dan mampu mengkomparasikannya dengan aplikasi konsep bank syariah hari ini. Agar kelak, bank syariah di tanah air, benar-benar relevan dengan spirit ajaran Islam.
Demikian dikatakan Guru Besar Universitas Borobudur (Unbor) Prof. Dr. Suryanto, MM, dalam acara seminar, bertema “Rencana Strategis Mahasiswa Mengatasi Problematika Ekonomi Konvensional” digelar di Aula Utama Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/12/2011).
Profesor Suryanto mengatakan, segenap civitas akademika khususnya mahasiswa jurusan Ekonomi dituntut untuk selalu berfikir kritis, termasuk diantaranya melakukan evaluasi terhadap konsep, program, dan produk bank-bank konvensional juga bank-bank syariah.
Selain itu, Suryanto mengimbuhkan pula supaya jangan hanya sekolah yang diterapkan sistem diakreditasi, sementara perbankan sama sekali tidak disentuh evaluasi yang sistemik seperti evaluasi negara terhadap sekolah.
“Jika sekolah punya BAN PT, bank mestinya ada BAN Perbankan. Agar rakyat tidak tertipu, dan mereka terjamin hak-haknya sebagai warga negara,” kata Suryanto.
Umat Islam saat ini, jelas Suryanto, sedang berada dalam ancaman ekonomi yang sangat serius. Sehingga menurutnya mahasiswa harus tampil kritis dan berani memberikan masukan dan menyikapi problematika keummatan tersebut dengan mengajukan pernyataan kepada bank-bank syariah agar benar-benar menerapkan sistem perekonomian sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
“Tanyakan kepada bank syariah, apakah benar-benar umat, rakyat kecil, yang menderita dapat menerima saluran kredit untuk usaha atau tidak? Jika tidak maka konsep syariah berarti belum menjawab masalah umat,” harapnya.
Ia melanjutkan, tuntutan itu harus dilakukan oleh mahasiswa. Sebagai generasi muda mahasiswa harus mampu membela hak-hak rakyat yang memang dijamin oleh konstitusi negara.
Pakar pemasaran yang juga dosen di STIE Hidayatullah ini meminta agar para mahasiswa jangan hanya asyik di dalam ruangan kelas, kemudian lengah atau lepas dari masalah yang dihadapi masyarakat.
“Hanya mahasiswa yang mampu melakukan itu semua. Sebab generasi sebelum Anda, sudah terkontaminasi oleh pragmatisme, sehingga hampir seluruh kebijakan di negeri ini masih sangat pretensius,” tandasnya.*