Hidayatullah.com–Dalam acara tanya jawab dengan wartawan, Senin malam di Istana Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyerukan kepada pemerintah daerah dan jajaran kepolisian tidak lengah pasca-kejadian ditolaknya Organisasi Masyarakat (Ormas) Front Pembela Islam (FPI) di Kalteng. SBY juga mewanti-wanti adanya provokasi yang rentan menyulut kekerasan antaragama, etnis atau apapun namanya.
“Saya berpesan kepada jajaran pemda se-Kalimantan dan jajaran penegak hukum dan keamanan jangan lengah. Bisa saja ada yang memprovokasi kejadian kemarin. Oleh karena itu ambilah langkah-langkah yang bijak dan tepat agar jangan terjadi lagi aksi-aksi kekerasan di negeri ini,” tegas SBY, saat tanya jawab dengan wartawan di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/2/2012) malam.
Lebih lanjut SBY mengatakan, dirinya langsung menghubungi dan sudah menerima laporan dari Gubernur Kalteng mengenai kejadian tersebut. Dirinya juga sudah berkomunikasi dengan Menkopolhukam dan Kapolri, dan pemerintah provinsi untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah kejadian ini merembet ke masalah lain.
Sementara Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab kepada Hidayatullah.com, menegaskan bahwa pelaku rencana upaya pembunuhan delegasi Pimpinan Pusat FPI di Palangkaraya Sabtu lalu bukanlah Dayak, baik dari kalangan Muslim atau non-Mulim, tapi penyerang itu adalah gerombolan preman rasis, fasis, dan anarkis binaan Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang.
“Aksi itu diback-up pejabat polisi dengan operator Yansen Binti yang diduga seorang bandar narkoba dan Lukas Tingkes terpidana korupsi. Mereka semua takut terbongkar kebobrokannya karena FPI sedang membela Dayak Seruyan yang didzalimi penguasa dan pengusaha,” kata Habib kepada Hidayatullah.com, Selasa (14/02/2012).
Lebih lanjut, menurut Rizieq, kedatangan FPI ke Palangkaraya merupakan ancaman bagi sejumlah penguasa dan pengusaha di Kalimantan Tengah.
Dia lantas memberi contoh, gerombolan yang merangsek masuk ke Bandara Tjilik Riwut dioperatori oleh Yansen Binti dan kawan-kawannya. Yansen, kata Rizieq, ditenggarai sebagai gembong narkoba terbesar di Kalimantan Tengah yang sampai saat ini masih belum mampu disentuh polisi.
Operator lapangan selanjutnya dalam insiden tersebut, masih menurut Rizieq, adalah Lukas Tingkes. Lukas merupakan seorang terpidana korupsi berdasarkan putusan pengadilan PK MA dan sudah inkracht (berkekuatan hukum tetap) sejak Desember 2011, jelasnya.
Orang nomor satu di FPI itupun menyayangkan kejaksaan setempat tidak mampu mengeksekusi Lukas hingga sekarang.
”(Kejadian) ini semua kriminal, mereka mencatut nama Dayak,” ujarnya kepada wartawan di Mabes Polri, Senin.
Kendati demikian, dikutip dari Tempo.co beberapa waktu lalu, Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Daminanus Jacky membantah semua tuduhan yang dilayangkan Front Pembela Islam kepadanya dan Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang.
“Semua yang dituduhkan itu tidak benar sama sekali,” kata Jacky di Palangkaraya, Senin, 13 Februari 2012.