Hidayatullah.com–Bupati Sampang, Madura, Jawa Timur, H. Noer Cahya, membantah jika di wilayahnya ada pesantren Syiah. Bantahan Noer Cahya ini disampaikan saat acara Maulid Nabi di Sampang kemarin. Menurut Noer, tidak pernah tercatat ada pesantren Syiah di wilayah Sampang.
“Di kantor Depag, di Bakesbangpol tidak terdaftar satu pesantren pun yang didirikan oleh Tajul Muluk,” ujarnya.
Ia juga menolak keras kalau di Kabupaten yang dia urus ada umat Syiah. Menurutnya itu bukan Syiah, tapi ajaran sesat.
Menurut Noer, orang-orang di Jakarta dan media terlalu banyak omong. Padahal mereka tidak pernah menginjakkan kaki di desa Karang Gayam dan Blu’uran, di mana lokaksi pembakaran rumah Tajul Muluk terjadi.
Karenanya, ia mengharap agar jangan melihat kasus Sampang ini menurut kaca mata media yang hanya permukaan saja. Dengan kata lain, ia meminta adanya penelusuran yang lebih mendalam lagi, kasus per-kasus, dari awal hingga kejadian meletus.
“Memang, di media-media nasional seakan-akan dengan peristiwa Sampang ini kelompok Tajul Muluk seakan teraniaya. Oleh karenanya, wajar kalau Komnas HAM turun tangan dan menyorot adanya pelanggaran terhadap hak asasi manusia,” ujarnya.
Namun demikian, Noer menolak analisis sepihak Komnas HAM tersebut. Menurutnya, justru yang membawa ajaran sesat itulah yang melanggar HAM.
Selain acara Peringatan Maulid Nabi, dalam acara ini juga diberikan pemberian santunan kepada warga yang kembali lagi ke ajaran semula, Sunni-NU. Tak kurang, 30-an masyarakat diberitakan kembali dan mendapat santunan bingkisan dari Bupati.
Seperti diketahui, pasca pembakaran rumah tokoh pembawa ajaran Syiah, Tajul Muluk di Karang Gayam dan Blu’uran, pemerintah bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat rajin melakukan pembinaan pada masyarakat. Dengan pembinaan dan pendekatan persuatif, berupa pengajian-pengajian digelar di sekitar lokasi, kini sudah banyak warga yang berangsur-angsur kembali kepada ajaran sebelumnya.*/Dimyati, Sampang~Madura
Foto: Lensaindonesia