Hidayatullah–Media jejaring sosial kini semakin trend banyak orang. Berbagai penganut ideologi bahkan mengembangkan pemikiran dan gagasannya menarik massa melalui dunia maya. Jika sebelum ini gerakan #IndonesiaTanpaFPI yang dimotori tokoh berpaham liberal seperti –Guntur Romli dan Ulil Abshar– secara cepat berkampanye di Twitter dan melahirkan aksi menolak FPI, sebaliknya kini juga lahir gerakan perlawanannya bernama gerakan #IndonesiaTanpaJIL.
Hari Rabu (29/02/2012) kemarin, 16 anggotapendukung gerakan #IndonesiaTanpaJIL bertandang ke Kantor Front Pembela Islam (FPI) guna bersilaturrahmi dan bertabayyun tentang kasus penghadangan warga Dayak Palangkaraya terhadap FPI belum lama ini.
Guna mengetahui informasi secara utuh dan objektif mengenai fakta yang terjadi antara FPI dan masyarakat Palangkaraya. Maka perwakilan Komunitas Bigot Bigot Indonesia (KBBI), yang melahirkan gerakan #IndonesiaTanpaJIL bertandang ke Kantor DPP FPI untuk meminta informasi langsung.
Kehadiran pendukung #IndonesiaTanpaJIL diterima Langsung oleh Sekjend FPI Ust. Shobri Lubis, Munarman SH dan pengurus DPP FPI lain. Sedang Ketua Umum FPI, Habib Rizieq Shihab sendiri tidak ada karena sedang ada safari dakwah ke Kota Palembang.
Dalam silahturahim ini Ust Shobri Lubis menyambut baik dan mendukung inisiatif dan kreatifitas anak-anak mudia Islam yang semakin cerdas memaksimalkan dunia internet sebagai salah satu senjata dakwah umat Islam.
Shobri Lubis juga menegaskan agar setiap pemuda Islam tidak buta teknologi. Sebaliknya harus bisa menggunakan teknologi, secara khusus media sosial sebagai sarana untuk meluruskan opini-opini miring terhadap gerakan Islam yang mudah tersebar di masyarakat dari sumber sumber yang salah.
Usaha Pemurtadan
Selain itu Sobri juga menjelaskan kasus FPI di Palangkaraya yang dinilai banyak unsur politis dibandingkan sentimen agama. Menurut Shobri, sebelum ada kasus penolakan, FPI sudah lebih dulu berdiri di Kalimantan Tengah Kabupaten Kuala Kapuas tahun 2006, lalu disusul Kabupaten Sampit pada tahun 2010. Sebelum pengurus FPI datang ke Palangkaraya, FPI satu bulan sebelumnya telah menerima delegasi utusan masyarakat Dayak Seruyan, yang datang ke FPI untuk meminta bantuan perihal permasalahan konflik agrarian yang terjadi di sekitar Palangkaraya.
“Mereka mengetahui FPI bisa membantu, setelah mereka melihat bagaimana FPI memberikan bantuan kepada korban Mesuji beberapa waktu lalu,” jelas Shobri Lubis.
Menurut Shobri, sebelum pengurus FPI ke Palangkaraya, satu bulan sebelumnya pihaknya menerima delegasi utusan masyarakat Dayak Seruyan untuk meminta bantuan perihal permasalahan konflik agrarian yang terjadi di sekitar Palangkaraya setelah melihat di media FPI memberikan bantuan kepada korban Mesuji.
Kasus agraria yang terjadi di Palangkaraya Kabupaten Seruyan, menurut Shobri hampir sama dengan kasus Mesuji. Di mana tanah tanah masyarakat yang memiliki surat surat kepemilikan yang legal dan sah dirampas oleh perusahaan perusahaan yang ada dan anehnya perampasan tanah tersebut didukung oleh penguasa setempat. Bahkan mereka dinilai menggerakkan para preman dan dimotori oleh seorang kriminal.
Sobri juga menjelaskan berita penolakan FPI yang dinilai sarat rekayasa media yang tidak suka dakwah FPI di wilayah tersebut. Faktanya, menurut Shobri, kalangan Dayak Muslim mengeluh pada FPI bahwa telah terjadi usaha-usaha pemurtadan di wilayah itu.
“Dari sekian banyak kasus di sana ada banyak guru dari sekolah sekolah Islam di sana yang diganti dengan guru guru beragama lain. Padahal sekolah sekolah tersebut juga berada di kampung mayoritas Muslim.”
Keresahan keresahan inilah yang akhirnya membuat banyak masyarakat dayak menginginkan FPI berdiri di Palangkaraya.
Sementara itu, salah satu pengurus FPI, Munarman menambahkan agar para penggiat dakwah dunia maya tetap optimis dan jangan gentar.Menurutnya, selama ini kalangan liberal memanfaatkan dunia maya sebagai program edukasi liberalisasi, yang dinilai merupakan salah satu program dari gerakan liberal di Indonesia.
“Mereka semua digaji untuk itu,” tegas Munarman dalam silahturahim yang berlangsung penuh kehangatan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Munarman berpesan agar para pengguna jejaring sosial jangan terlalu memfokuskan diri untuk meladeni perdebatan kaum liberal atau kalangan Atheis. Ia justru ingin kalangan muda Muslim lebih memperbanyak memperlihatkan kepada umat data dan informasi serta kesesatan ajaran dan pemikiran mereka.
Sementara itu, Aji Teguh Priatno perwakilan Komunitas Bigot Bigot Indonesia (KBBI), salah satu komunitas yang melahirkan gerakan #IndonesiaTanpaJIL, menjelaskan bahwa anggota KBBI ini sudah menembus seratus orang dan konsisten melakukan silahturahim kepada banyak pihak.
Di sisi lain, laman #IndonesiaTanpaJIL di jejaring Facebook yang dilahirkan KBBI, kini telah digemari sekitar 16.133.
Menutup silaturrahmi, Ust Shobri Lubis mengusulkan agar tiap dua bulan sekali, perwakilan media sosial Muslin bisa ikut dalam rapat DPP FPI untuk memberi masukan dan saling tukar-informasi dengan FPI.
“FPI sangat terbuka dengan masukan masyarakat,” ujar Shobri. Sebelum kehadiran KBBI, tercatat Ibu Fahira Idris, anak dari tokoh Fahmi Idris juga sudah lebih dulu berkunjung untuk bertabayun mengenai beberapa pemberitaan kekerasan tentang FPI.*/thufail
Keterangan foto: Suasana pertemuan antara pegiat media sosial #IndonesiaTanpaJIL dengan FPI/Syakur