Hidayatullah.com– Untuk menghargai perbedaan yang ada, kelompok monoritas Indonesia jangan terlalu menganggap diri sebagai korban, dan berani mengambil sikap seperti Yesus.
“Minoritas jangan melihat diri sebagai korban, tetapi berikanlah sikap hidup seperti Yesus Kritus yang berani menempuh jalan Salib,” demikian ungkap Romo Franz Magnis-Suseno SJ, dalam seminar “Kebebasan Beragama Atau Kerukunan Beragama?” yang diselenggarakan di Aula Jhon Calvin, Kemayoran, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Pendeta yang mendapat gelar doktor kehormatan di bidang teologi dari Universitas Luzern, Swiss ini menghimbau umat Kristiani sebagai masyarakat minoritas untuk tidak bersikap sebagai korban dari mayoritas sehingga minta untuk dikasihani. Sebaliknya, umat kristiani harus meneladani sikap hidup Yesus Kristus.
Romo Magnis juga mengungkapkan beberapa implikasi yang harus diterapkan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, salah satunya adalah masyarakat harus bisa bertindak beradab karena inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain.
“Masyarakat harus bertindah dengan beradab, karena ini yang membedakan manusia dengan binatang,” ungkapnya dikutip Jawaban.com.
Ia mencontohkan hidup yang beradab adalah dengan melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Imam itu juga menghimbau pemerintah untuk bisa berpartisipasi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, dimana pemerintah harus memegang monopoli kekerasan, sehingga tidak memperkenankan oknum-oknum masyarakat manapun yang menggunakan kekerasan sebagai jalan keluar, khususnya yang berkaitan dengan agama. Pemerintah juga berkewajiban untuk mendidik masyarakat untuk membangun sikap Pancasila.
Dalam suasana Paskah ini, mari kita meneladani pengorbanan Kristus, dimana dalam pengorbananNya di kayu salib, Yesus tidak menjadikan diri-Nya sebagai korban karena Dia tahu apa yang dilakukannya itu adalah untuk menyelamatkan umat manusia.
Sikap itulah, tegas Romo Magnis, yang harus kita miliki, dimana setiap intimidasi, tekanan atau kekerasan yang kita terima karena mempertahankan iman, adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri.*