Hidayatullah.com—Umat Islam Indonesia digemparkan berita video kekerasan oknum Satuan Elit Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri setelah laporan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke Kapolri Jenderal Timur Pradopo beberapa waktu lalu. Kabar terbaru menyebutkan, ternyata MUI masih memiliki 5 rekaman lagi dugaan kekejaman oknum Densus.
“Kita mau kroscek langsung, “ ujar Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Musthofa B. Nahrawardaya kepada hidayatullah.com, Senin (04/03/2013).
Menurut Musthofa, sejauh ini, dugaan oknum Densus 88 yang sudah beredar Youtube.com memang sama dengan video yang diberikan MUI kepada Kapolri.
Ia juga menjelaskan bahwa MUI juga masih memiliki 5 video lain mengenai kekejian tersebut. Menurutnya video tersebut adalah bukti penting untuk menjelaskan ke umat tentang sikap Densus 88 di lapangan.
Tokoh Muda Muhammadiyah ini juga akan melakukan investigasi ke Poso dan Palu Sulawesi Tenggara pada tanggal 7 hingga 11 Maret 2013. Kunjungan ke Poso dan Palu ini dinilai bertujuan untuk menemui langsung para korban yang ada di video yang sudah tersebar luas tersebut.
Mustofa menilai meski banyak pihak ada yang meminta membubarkan Densus 88, namuan perjuangan membubarkan Satuan Elit di bawah Mabes Polri ini tidaklah mudah. Menurutnya Densus 88 juga merupakan bagian produk kepentingan international terkait isu perang terhadap terorisme yang didengungkan Amerika Serikat (AS).
Pada kondisi yang sama, Musthofa juga mengkritik sikap kepolisian yang tidak memasukkan kelompok separatis papua ke dalam daftar terorisme. Menurutnya, sikap kepolisian itu sangat diskriminatif terhadap umat Islam.
Seharusnya menurut dia, sikap seseorang atau kelompok yang menyebarkan teror di masyarakat itulah definisi teroris yang sebenarnya. Dari situ Musthofa menilai, korban penembakan kelompok separatis Papua yang menewaskan 8 anggota TNI seharusnya sudah pantas disebut teroris.
“Apa karena Papua itu mayoritas non Muslim jadi mereka tidak disebut teroris? Apakah teroris itu hanya untuk umat Islam?” tandasnya.
Musthofa berharap umat Islam di Indonesia jangan berputus asa untuk mengevaluasi kinerja Densus, meski pembubaran Densus bukan pula hal yang mustahil.*