Hidayatullah.com–Adanya pemberitaan terjadinya peristiwa anarkis berbuntut penangkapan dua tersangka rencana pemboman di Kedutaan Myanmar di Jakarta, 3 mei 2013, Aksi Cepat Tanggap (ACT) – lembaga kemanusiaan berpusat di Indonesia, berharap kejadian ini ditangani secara tepat agar tidak mengoyak proses diplomasi kemanusiaan yang sudah dijalankan.
“Kami prihatin krisis yang menimpa etnik Rohingya di Myanmar, belum usai, meskipun tetap berharap pemerintah Myanmar meningkatkan keseriusannya membangun kedamaian, terutama memulihkan hak azasi etnik Rohingya. Kabar akan berlangsungnya investasi sejumlah BUMN Indonesia di Myanmar, diharapkan menjadi awal membangun kedamaian di Myanmar termasuk bagi etnik Rohingya,” jelas N. Imam Akbari, Senior Vice President ACT dalam rilis yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com.
Menurut Imam, pasca penangkapan tersangka pemboman Kedutaan Myanmar, jangan sampai meruntuhkan proses kemanusiaan yang terus dijalankan sejumlah lembaga kemanusiaan Indonesia, termasuk ACT.
“Selamatkan kemanusiaan dan keadilan bagi siapapun termasuk etnik Rohingya yang nyaris sepi dari pembelaan formal bangsa-bangsa. Pelaku tindak kekerasan diproses sebagaimana seharusnya, dan hindarkan kejadian demi kejadian yang terkait dengan isu Rohingya dari peluang pelebaran kekerasan. Eliminasi semua peluang kriminalisasi pembelaan atas hak azasi Rohingya, dengan memproses pelaku tindak kekerasan atas nama isu Rohingya secara proporsional,” jelas Imam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurutnya, aksi kemanusiaan dan aksi anarkis, dua hal yang sangat berbeda. Kemanusiaan, berdiri di atas azas menyelamatkan nyawa manusia, apapun etniknya, sementara aksi anarkis bakal memicu jatuhnya lebih banyak korban, urai Imam.
Menurut Imam, saat ini, relawan ACT terus berikhtiar mencapai penyelesaian sepuluh blok atau 1000 unit shelter dan baru menyelesaikan 300 shelter (tiga blok).*