Hidayatullah.com–Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan, “Walimatul ‘Ursy atau Pernikahan Mubarak” sebanyak 49 pasang santri Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan yang diselenggarakan hari Ahad (16/06/2013) layak menjadi kritik bagi masyarakat modern yang justru kerap mengalami masalah krusial kerumahtanggaan.
“Ini menjadi otokritik bagi pagelaran pernikahan kita yang selama ini katanya modern, ternyata juga banyak masalah-masalah yang dihadapi,” kata Rizal Effendi ditemui hidayatullah.com saat menghadiri acara.
Di Balikpapan saja, lanjut dia, angka perceraian dalam satu tahun mencetak rekor di atas seribu kasus. Itu menandakan bahwa ada sesuatu yang harus kita evaluasi dalam pernikahan, tuturnya.
Kata Rizal, ‘Pernikahan Mubarak’ yang digelar Hidayatullah selama ini, “sangat kami apresiasi”.
Faktanya, lanjutnya, pernikahan seperti ini sudah dilakulan berulang kali di pusat dan cabang-cabang Hidayatullah dan tidak terdengar ada yang mengalami masalah perceraian.
“Semuanya bagus-bagus saja,” terang Walikota yang pernah menjadi peliput pada acara serupa saat saat ia masih menjadi wartawan.
Menurut Rizal, Balikpapan terus menuju menjadi masyarakat ‘Madinatul Iman’ yang keluarganya sejahtera dan bahagia. Masyarakat yang demikian indikatornya adalah perkawinan baik dan angka perceraiannya harus turun.
“Saat ini kita menghadapi suasana di mana angka perceraian selalu meningkat. Di Indonesia mencapai 400 ribu kasus. Kita itu menyumbang seribu lebih,” terangnya.
Rizal memandang tradisi ‘Pernikahan Mubarak’ sebagai sesuatu yang sangat luar biasa dan menjadi teladan bagi kita semua.
“Ini sesuatu yang sakral, dan mulia,” ungkapnya.
Menurut catatan, ‘Pernikahan Mubarak Hidayatullah’ digelar kali pertama pada 6 Maret 1977 yang diikuti oleh 2 pasang santri yaitu Abdul Qadir Jailani dengan Nurhayati dan Sarbini Nasir dengan Salmiyah. Kala itu, karena keterbatasan biaya, jamuan resepsi yang dihidangkan sangat sederhana berupa nasi dan sayur gambas.
Setelah yang pertama, tradisi itu terus berlanjut mulai dari 4 hingga puluhan pasang. Puncaknya adalah saat Hidayatullah menggelar pernikahan serupa sebanyak 100 pasang santri tahun 1997 yang dihadiri oleh mantan presiden B.J. Habibie dan sejumlah tokoh nasional.*