Hidayatullah.com—Umat Islam Indonesia menghadapi tantangan krisis berbagai bidang. Termasuk politik, ekonomi, budaya dan ilmu. Persoalan makin pelik dan rumit manakala Indonesia menjadi sasaran empuk pemikiran dari peradaban asing.
“Masalah yang di hadapi umat Islam di Indonesia rumit dan pelik,” ujar Ketua MIUMI Pusat, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Menurutnya Indonesia masih akan memiliki wajah yang ruwet. Negaranya ruwet dan manusianya juga ruwet.
“Mau dibilang negara Islam, tapi di sisi lain kita juga disebut sekuler. Yang sekuler, liberal hingga kafir semua ada di Indonesia,” ujarnya Hamid Fahmy dalam acara “Dialog Peran dan Tanggung Jawab Ulama” usai peresmian pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur Ahad (30/06/2013) malam di Hotel Elmi Surabaya.
Menurutnya, serbuan pemahaman yang menyesatkan umat Islam merupakan problem yang harus di hadapi ulama pada saat ini. Hanya saja, sayangnya kebanyakan ulama tidak pernah belajar ilmu peradaban Barat, padahal pemikiran-pemikiran sesat tersebut diimpor dari peradaban Barat.
Untuk itu perlu kerjasama antara ulama dan intelektual untuk menyelesaikan permasalahan ini, karena tidak semua ulama paham persoalan pluralism. Sebab umumnya, intelektual yang pernah belajar ilmu peradaban Barat-lah yang paham dengan konsep tersebut, terangnya.
Diperlukan kerjasama antara ulama dan intelektual untuk menuntaskan permasalahan umat seperti ini.
“Kaum intelektual tidak perlu minder karena tafaqahu fiddinnnya (ilmu agama) kurang, ulama juga tak perlu malu karena ilmu dunianya kurang, harus saling kerjasama, saling membantu untuk memerangi musuh bersama,” ujar pria yang juga direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ini.
Sementara Dr. Adian Husaini menegaskan bahwa betapa pentingnya mencetak ulama. Ia heran dengan kebijakan para pendonor dan lembaga donor Muslim yang lebih memprioritaskan pemberian beasiswa kepada anak-anak SD dari pada calon ulama.
”Amerika tidak mau memberikan beasiswa kepada anak SD,” ujarnya.
Karena itu tidak perlu heran banyak anak-anak muda Muslim lulusan pesantren terbaik yang tiba-tiba diambil dan diberi beasiswa S2 dan S3 oleh Negara seperti Amerika namun sekembalinya dari sana mereka ia justru pembawa pemikiran dan peradaban yang menyesatkan umat Islam.*/Samsul Bahri