Hidayatullah.com– Hari Jumat (06/09/2013), untuk kedua kalinya massa dari Forum Umat Islam (FUI) dan FPI mendemo CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) yang dinilai tak mengindahkan dan tetap ngotot akan melaksanakan Miss World. Pendemo, mendatangi kantor HT di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Pada aksi kedua, “HT” langsung “dihukum mati” oleh massa.
Penghakiman ini hanya teatrikal dalam Aksi Tolak Miss World di depan MNC Tower, Jumat (6/9/2013) sore. Pada aksi gelaran Forum Umat Islam (FUI) ini, massa melangsungkan pengadilan terhadap “HT” selaku sponsor Miss World.
Pengadilan ini dipimpin Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Habib Rizieq Shihab selaku “Hakim”. Ruang “sidangnya” di jalan raya depan halaman MNC Tower. Disaksikan ribuan massa, para wartawan dan aparat kepolisian, terdakwa “HT” dihukum atas dakwaan telah melawan Fatwa Majelis Ulama Indonesia dan kesepakatan Ormas-ormas Islam.
“Hary Tanoe tetap ngotot untuk menggelar Miss World di Indonesia. Sidang bertanya kepada segenap rakyat Indonesia, ‘Kalau begitu Hary Tanoe benar atau salah?’ ‘Biarkan atau hukum?’” seru sang “Hakim” sambil bertanya kepada massa.
Massa pun menjawab bahwa HT telah bersalah dan memintanya dihukum berat. Usai penetapan sanksi, boneka HT ditombak, digantung dan dibakar oleh para “algojo”.
Pada “sidang” singkat itu, “HT” hadir dalam bentuk boneka rumput, berkemeja putih dibalut kain hitam dan topi coklat. Selembar foto HT dipasang di bagian “kepala” boneka.
Selain HT, “tersangka” lainnya adalah Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Made Mangku Pastika oleh “Hakim” dituntut hukuman yang sama. Dia dinilai bersalah atas sikap provokatifnya terhadap umat Islam. Yaitu telah mempersiapkan para pecalang (petugas keamanan desa adat) jika umat Islam menggagalkan Miss world di Bali.
“Bahwa aksi Gubernur Bali telah mencoba untuk menyulut perang antar agama,” ujar Habib Rizieq lantang.
FUI menganggap aksi teatrikal tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap penyelenggaraan Miss World.
“Karena semua bungkam, maka hari ini para tokoh umat Islam ‘mengambil alih’ negara,” jelas Habib Rizieq sebelumnya.
Usai “penghakiman”, massa membubarkan diri secara tertib. Sebelumnya digelar doa bersama.*