Hidayatullah.com–Selama ini di tengah masyarakat terjadi dikotomi (pemisahan) pemahaman antara ulama dan intelektual. Padahal, kata Adnin Armas Pemimpin Redaksi Majalah Gontor, antara ulama dan intelek seperti dua sisi dalam satu mata uang logam.
“Selama ini masyarakat menganggap ulama itu ya yang pintar agama, sementara intelektual yang pintar matematika, fisika, dan ilmu umum lannya,” kata Adnin dalam pertemuan di kantor redaksi Majalah Gontor, Pancoran, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Karena pemahaman keliru ini, jelas Adnin, maka ulama sekarang ya sebatas menguasai ilmu agama saja, tidak mau belajar ilmu pasti dan umum lainnya. Begitu juga sebaliknya, intelek ya sebatas menguasai ilmu pasti dan umum saja, tidak ada keinginan menguasai ilmu agama.
“Padahal, ulama-ulama terdahulu, kita mengenal mereka sebagai sosok-sosok yang menguasai ilmu agama, juga menguasai ilmu seperti matematika, fisika, humaniora, dan lain-lain. Ulama dulu pintar-pintar,” jelas lelaki yang juga Direktur INSIST ini.
Adnin berharap agar kedepan akan lahir ulama-ulama intelek, yang cakap ilmu agama dan ilmu umum. Sebagai langkah menuju ke sana, kata Adnin, Majalah Gontor menggelar kompetisi matematika dan studi Islam tingkat SD dan SMP bertajuk Fakhruddin ar-Razy Competition (FRC), Oktober-Nopember ini.
“Kami berharap akan lahir ulama intelek. Juara FRC akan kami bina dalam pesantren matematika, pendalaman ilmu Islam dan matematika fisika selama beberapa hari,” terang Adnin.*