Hidayatullah.com— Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, akhirnya mencapai kesepakatan awal dalam pakta keamanan bilateral pada Sabtu (12/10/2013).
Pemberlakuan perjanjian tersebut sekarang bergantung pada persetujuan dari pemimpin suku-suku di Afghanistan. Demikian diberitakan Reuters.
Pakta kerja sama tersebut, yang diumumkan oleh Kerry dan Karzai setelah dua hari perundingan di Kabul, akan membuat sebagian tentara Amerika Serikat tetap berada di Afghanistan setelah misi pasukan NATO berakhir pada 2014. Dalam pakta tersebut, tentara Amerika Serikat yang tidak kembali ke negaranya akan mendapatkan imunitas dari undang-undang Afghanistan.
“Malam ini, kami berhasil mencapai kesepakatan awal,” kata Karzai dalam konferensi pers.
Hari Sabtu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai melanjutkan pembicaraan di Kabul. John Kerry tiba di Istana Presiden Afghanistan di Kabul, didampingi oleh Dubes AS untuk Afghanistan James Cunningham dan Kepala Protokoler kementerian Luar Negeri Afghanistan Hamid Siddiq.
Kehadiran John Kerry melanjutkan pembicaraan hari kedua di Kabul dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai untuk mengatasi berbagai perbedaan dalam kesepakatan keamanan mengenai masa depan pasukan Amerika di negara itu, demikian dikutip Voice of America (VOA).
Kerry menuju ke Afghanistan hari Jumat (11/10/2013) untuk kunjungan yang tidak diumumkan sebelumnya dengan harapan memajukan negosiasi mengenai kesepakatan itu. Para pejabat Amerika di Kabul mengatakan beberapa kemajuan telah dicapai.
Kedua negara berusaha mencapai kesepakatan selambatnya akhir Oktober yang akan memungkinkan pasukan Amerika untuk tinggal di Afghanistan setelah misi militer pimpinan NATO berakhir tahun depan.
Washington dan Kabul telah bernegosiasi selama lebih dari satu tahun. Berbagai pembicaraan telah macet pada isu-isu terkait kedaulatan Afghanistan, peran pasukan Amerika, dan permintaan Karzai atas jaminan Amerika untuk melawan intervensi asing di masa depan.
Menderita
Anehnya, sebelum ini Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk misi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (The North Atlantic Treaty Organization/NATO di negaranya, yang menyebabkan “banyak penderitaan” tanpa memberikan keuntungan apa pun.
“Terkait keamanan terdepan, seluruh misi NATO justru yang menyebabkan banyak penderitaan pada rakyat Afghanistan, banyak korban jiwa, dan tidak ada keuntungan karena negara tidak aman,” katanya kepada Yalda Hakim dari BBC World News.
“Apa yang kami inginkan adalah keamanan mutlak dan perang yang jelas terhadap terorisme,” katanya seperti dikutip kantor berita AFP.
Pemimpin yang akan mengakhiri masa jabatannya itu juga mengatakan kepada BBC bahwa dia mungkin tidak akan menandatangani kesepakatan keamanan bilateral yang diinginkan oleh Amerika Serikat (AS).
Tentang kesepakatan keamanan dengan Amerika Serikat yang akan menjelaskan hubungan kedua negara setelah penarikan pasukan NATO pada 2014, Karzai mengecilkan harapan akan disepakatinya kesepakatan itu segera.
“Jika kesepakatan itu tidak sesuai dengan kami dan jika tidak sesuai dengan mereka kemudian, tentu kami akan berpisah,” jelasnya.
“Jika kesepakatan ini tidak memberikan perdamaian dan keamanan bagi Afghanistan, maka rakyat Afghanistan tidak akan menginginkannya.”
Kehidupan rakyat Afghanistan makin memburuk setelah Taliban yang berkuasa digulingkan secara paksa oleh pasukan multinasional yang didukung AS akhir tahun 2001. Perubahan hidup, kematian warga sipil dan militer mencapai rekor tertinggi setelah kehadiran sekitar 150.000 pasukan asing di tempat itu.*