Hidayatullah.com — Semakin terkuak informasi aksi penyadapan dilakukan Pemerintah Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Atas aksi sepihak itu, SBY “hanya” melontarkan kecaman lewat situs jejaring sosial.
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet menyebutkan penyadapan, apalagi menyangkut kepala negara dan pejabat pejabat teras sebuah negara, itu jelas-jelas melanggar konvensi internasional.
“Jadi Indonesia seharusnya bisa tegas. Bukan membuat pernyataan meminta penjelasan, ngapain minta penjelasan di twitter,” cetus Ratna Sarumpaet dalam perbincangan dengan hidayatullah.com, Selasa (19/11/2013). .
Ratna mengungkapkan, sebenarnya bangsa ini sudah menjadi jajahan asing sejak lama. Waktu kita dijajah Belanda, kata dia, apapun mereka tahu tentang kita. Indonesia sekarang dijajah oleh kapitalis global.
“Jangan jangan mereka punya kepentingan yang lain. Sebenarnya, apalagi yang mau kita sembunyikan,” imbuhnya.
Kerugian negara, terang muallaf ini, bukan semata mata bocornya dokumen intelijen, sebab rahasia negara adalah kekayaan bangsa ini. Ini yang menurutnya harus dijaga baik baik dan tidak seperti yang dilakukan rezim hari ini dan rezim sebelumnya.
“Kalau Anda melihat undang-undang investasi asing misalnya, itu gila. Di situ migas kita sudah lebih dari 70 persen dikuasai asing. Belum lagi yang lain seperti kelautan. Kita ini kayak orang jual badan sudah telanjang bulat,” tandasnya geram.
Sementara itu, melalui situs jejaring sosial twitter, Presiden SBY angkat bicara atas dugaan penyadapan tersebut. Menurut dia, tindakan itu telah mencederai hubungan strategis dengan Indonesia, sebagai sesama negara demokrasi. Pemerintah melancarkan protes dan meminta penjelasan Australia atas tindakan spionase tersebut.
SBY menjelaskan, pemerintah RI telah melakukan langkah tegas, seperti menarik Duta Besar RI untuk Australia dan meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral atas tindakan Australia yang SBY sebut menyakitkan.
“Indonesia juga minta Australia berikan jawaban yang resmi dan bisa dipahami masyarakat luas atas penyadapan terhadap Indonesia. *SBY*,” kicau SBY lewat akun twitter resmi, @SBYudhoyono, Senin 18 November malam.
Sebelumnya, Ratna Sarumpaet Crisis Centre ini juga menyebut pemerintah munafik karena tidak bisa tegas dengan sikap Australia.*